Sabtu, 29 Oktober 2016

Kritik Untuk Saudaraku, Abdullah Hadrami

Subhanallah!


Sudah lama saya menunggu tulisan seperti ini. Terjawab sudah rasa penasaran si faqir ilmu ini.
 __________________________

.::Kritik Untuk Saudaraku, Abdullah Hadrami::.

Tuduhan demi tuduhan tak henti-hentinya dihembuskan kepada Dakwah Salafiyah yang mubarokah ini dan para pengembannya. Tapi dengan izin Allah, Dakwah Salafiyah ini kan terus maju dan semakin menebarkan keharuman sunnah dan atsar di tengah umat.

Dakwah Salafiyah kan selalu tegak diatas kebenaran, menampakkan yang benar dan tidak akan menyembunyikannya.
Di antara tuduhan yang dilontarkan kepada para pengemban dakwah ini adalah sebuah artikel yang berjudul “Kritik Untuk Saudara-Saudaraku Sesama Salafy” yang ditulis oleh saudara Abdullah Sholeh Hadrami.

🔴 Dalam artikel tersebut beliau berkata : Kita sering mendengar sebuah hadits yang sangat terkenal bahwa umat Islam terpecah menjadi 73 golongan, semuanya masuk neraka hanya satu golongan yang masuk surga.

🔵 Salafy berkata : Hadits yang beliau maksud adalah Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam

وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

“Sesungguhnya bani Israel terpecah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya masuk ke dalam neraka kecuali satu golongan saja.” Para sahabat bertanya “Siapakah mereka wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab : “Yaitu mereka yang berada di atas jalanku dan para sahabatku” [HR. Tirmidzi dan yang lainnya]

🔴 Lalu beliau berkata : Salafy mempenyai keyakinan bahwa satu golongan yang masuk surga itu hanya Salafy saja sedangkan yang lainnya masuk neraka.

🔵 Salafy berkata : Sepertinya beliau masih kurang paham tentang siapa itu Salafiyyin. Salafiyyin (secara umum) adalah mereka yang mengikuti para salaf (sahabat, tabi’in dan tabiut tabiin) dalam memahami agama ini, atau yang lebih dikenal dengan Manhaj Salaf.[1]

Salah besar apabila ada yang menganggap bahwa Salafiyyin adalah sebuah kelompok/partai/golongan/organisasi yang memiliki ketua/wakil, pimpinan pusat/pimpinan cabang, dan lainnya. Maka, siapa saja yang menjalankan Islam sesuai dengan pemahaman para salaf otomatis menjadi Salafiy tanpa registrasi apapun.
Dengan demikian, sesuai dengan sabda Nabi di atas, siapa saja (secara umum) yang tidak menjalankan Islam sesuai dengan pemahaman para salaf, otomatis terancam sebagai golongan penghuni Neraka.

🔴 Beliau berkata : Menurut keyakinan Salafy golongan seperti; Asy’ari, Maturidi, NU, Muhammadiyah, Haba’ib, Al-Irsyad, Persis, Jama’ah Tabligh, Ikhwanul Muslimin adalah termasuk 72 golongan yang masuk neraka. Salafy yang tidak berkeyakinan seperti ini pasti dikeluarkan dari Salafy dan dianggap bukan Salafy lagi.

🔵 Salafy menjawab : Sepertinya beliau juga tidak faham perbedaan antara paham keyakinan dengan organisasi. Memang, Sesuai dengan dalil di atas bahwa Salafiyyin sangat anti dengan semua paham keyakinan selain keyakinan yang dianut oleh para salaf. Salafiyyin hanya akan mengambil paham yang dianut oleh para salaf saja.

Adapun organisasi, Salafiyyin tidak pernah anti dengan organisasi selama organisasi tersebut dibangun dengan dasar Tauhid dan Sunnah, bukan organisasi yang dibangun di atas Ta’asshub Hizbiyah (fanatik golongan) yang selalu taklid buta dengan pimpinan organisasi. Oleh karena itu, Salafiyyin memandang organisasi hanyalah sebuah kendaraan untuk berdakwah.[2]

Beliau juga sepertinya tidak paham antara Hukum Muthlaq dan Hukum Muqayyad. Hal ini terbukti ketika beliau menuduh Salafiyyin berkeyakinan bahwa semua orang yang di luar Salafiyyin adalah penghuni neraka.

Ketahuilah wahai saudaraku Abdullah, semoga Allah memberikanmu TaufiqNya.. Ketika Salafiyyin berkeyakinan bahwa semua golongan yang tidak mengikuti para Salaf termasuk 72 golongan yang masuk neraka, maka itu adalah hukum secara umum, tidak merujuk kepada individunya.

Atau bisa dikatakan itu adalah sebuah ancaman, bukan vonis penetapan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah berkata :

أَنَّ التَّكْفِيرَ الْعَامَّ – كَالْوَعِيدِ الْعَامِّ – يَجِبُ الْقَوْلُ بِإِطْلَاقِهِ وَعُمُومِهِ . وَأَمَّا الْحُكْمُ عَلَى الْمُعَيَّنِ بِأَنَّهُ كَافِرٌ أَوْ مَشْهُودٌ لَهُ بِالنَّارِ : فَهَذَا يَقِفُ عَلَى الدَّلِيلِ الْمُعَيَّنِ فَإِنَّ الْحُكْمَ يَقِفُ عَلَى ثُبُوتِ شُرُوطِهِ وَانْتِفَاءِ مَوَانِعِهِ

“Sesungguhnya pengkafiran secara umum itu seperti ancaman secara umum, maka hendaknya sebuah ucapan itu dibawa secara lepas atau umumnya. Adapun hukum secara individu bahwa dia adalah seorang kafir atau dipastikan masuk neraka, maka ini berhenti pada dalil yang khusus. Karena hukum secara individu terhenti dengan terkumpulnya syarat-syarat pengkafiran dan hilangnya penghalang-penghalang pengkafiran. [3]

Salafiyyin bukan seperti para Teroris Khawarij yang mengobral murah vonis kafir kepada individu. Salafiyyin sangat berhati-hati dan tidak serampangan dalam mengkafirkan seseorang, mereka menganggap bahwa permasalahan ini adalah wewenang para ulama.

🔴 Beliau berkata : Apalah artinya kita berpura-pura baik dan dakwah lemah lembut serta akrab dengan tokoh-tokoh NU dan yang lainnya sementara kita berkeyakinan bahwa kelompok tersebut termasuk 72 golongan yang masuk neraka, bukankah ini adalah “taqiyah” mirip ajaran syi’ah, yaitu berpura-pura karena masih minoritas dan takut..?!

🔵 Salafy berkata : Husnuzhon saya, beliau mungkin menulis ini dalam keadaan lelah dan mengantuk karena aktifitas dakwah beliau yang sangat padat (Barakallahu fiih).

Jika tidak demikian, bagaimana mungkin beliau menyamakan harumnya dakwah (mengajak semua manusia kepada tauhid) yang telah dijalankan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan busuknya Taqiyah yang dijalankan oleh Rafidhah ??!!

Bukankah inti daripada dakwah adalah menunjukkan jalan kebenaran kepada orang-orang yang tersesat ??

Bukankah Allah sendiri yang memerintahkan untuk berdakwah secara lemah lembut ?

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Serulah manusia kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan kebaikan, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik [QS. al-Nahl : 125]

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda

يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَسَكِّنُوا وَلَا تُنَفِّرُوا

Mudahkanlah, jangan kalian persulit, tenangkanlah, jangan membuat mereka lari [Muttafaq alaih]

Dan itupula yang dipraktekkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sendiri dalam dakwahnya. Beliau sering menyampaikan tentang Neraka dan Adzab yang pedih kepada kaum Musyrikin Quraisy. Bahkan beliau menyakini bahwa semua orang yang musyrik adalah penghuni Neraka yang kekal abadi.

Beliau bersabda

مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak berbuat syirik pada Allah dengan sesuatu apa pun, maka ia akan masuk surga. Barangsiapa yang mati dalam keadaan berbuat syirik pada Allah, maka ia akan masuk neraka” [HR. Muslim]

Meskipun demikian, mengapa beliau akrab dan berlemah lembut kepada pamannya yang musyrik (Abu Thalib), bahkan sampai menjelang wafatnya pun beliau masih berlemah lembut kepadanya dengan mengatakan

يَا عَمِّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ كَلِمَةً أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ

Wahai pamanku, katakanlah Laa Ilaaha Illallah, sebuah kalimat yang dengannya kelak akan aku persaksikan di hadapan Allah. [Muttafaq alaih]

Beranikah anda mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sedang melakukan taqiyah kepada pamannya ??

Dan perlu anda ketahui, Salafiyyin tidak akan pernah takut kepada siapapun selain Allah meskipun jumlah mereka minoritas. Salafiyyin sangat yakin dengan sabda Rasulullah

لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ

Senantiasa ada sekelompok umatku yang nampak di atas kebenaran, tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang memusuhinya sampai datang perkara Allah dan mereka masih tetap seperti itu [Muttafaq alaih]

🔴 Beliau berkata : Kita harus jujur bahwa tidak ada kelompok yang sempurna

🔵 Salafy berkata : Jika kesempurnaan yang dimaksud adalah kesempurnaan secara perorangan, maka memang demikian adanya. Karena tidak ada satupun manusia yang sempurna selain para Nabi dan Rasul. Selain para Nabi dan Rasul masuk dalam sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Semua anak cucu Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah mereka yang senantiasa bertaubat [HR. Ibnu Majah]

Demikian pula apabila yang beliau maksud adalah kesempurnaan kelompok berupa organisasi, partai, golongan, dan lainnya. Maka memang benar adanya bahwa semua kelompok organisasi itu tidak ada yang sempurna.

Namun apabila yang beliau maksud adalah kelompok berupa paham keyakinan (Salafy, Asy’ari, Maturidi, dan lainnya), maka hendaknya beliau merujuk kembali kepada al-Qur`an dan Hadits-hadits Nabi. Sungguh terlalu banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Allah menghendaki hanya ada satu jalan kelompok yang sempurna, yaitu jalannya kelompok yang berkeyakinan sebagaimana keyakinannya para salaf.

Allah azza wa jalla berfirman

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang terdahulu lagi pertama (masuk islam) dari golongan muhajirin dan anshor dan orang-orang yang MENGIKUTI MEREKA dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan mereka ridho kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. [QS. al-Tawbah 100]

Abdullah ibnu Mas’ud pernah meriwayatkan akan hal ini, beliau mengatakan

خَطَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا بِيَدِهِ ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ مُسْتَقِيمًا قَالَ ثُمَّ خَطَّ عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هَذِهِ السُّبُلُ وَلَيْسَ مِنْهَا سَبِيلٌ إِلَّا عَلَيْهِ شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ { وَانَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah membuat sebuah garis dengan tangannya lalu berkata “Ini adalah Jalan Allah yang lurus”. Lalu beliau membuat garis lagi di kanan dan kirinya seraya berkata “Ini adalah Jalan yang banyak, tidaklah di setiap jalan itu melainkan ada setan yang mengajak ke sana.”

Lalu beliau membaca firman Allah “Dan inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilah, janganlah kalian mengikuti jalan yang banyak itu, niscaya kalian akan bercerai berai dari jalanNya.” [HR. Ahmad]

Dengan demikian, saya mengajak saudaraku, Abdullah, untuk berpikir kembali dan tidak terus menerus berada dalam keyakinan yang seperti itu. Apalah artinya istiqamah dan kokoh tapi dalam keyakinan yang salah..?!

[1] Syaikh Salim bin Id al-Hilaly, Limaadza Ikhtartu al-Manhaj al-Salafy, hal.33

[2] Penulis adalah seorang Salafy Mahasiswa Pascasarjana Univ. Muhammadiyah Surabaya, dan Pengajar Tarbiyah Diniyah Al-Irsyad Al-Islamiyyah Surabaya.

[3] Syaikhul Islam, Majmu’ Fatawa 14/498
====================================
Surabaya, 24 Rabi’ al-Awwal 1437
Umar bin Fauzi Baladraf
Sumber: abusalma.net