Musik dan lagu merupakan perkara yang jelas keharamannya1. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikan jalan Allah sebagai olok-olokan. Mereka itu akan beroleh azab yang menghinakan.” (Luqman: 6)
Komentar-komentar yang ana pilih dan ini bayangkan percakapan, nama ana lihangkan agar lebih terjaga,
- Astagfirullah, memang sudah sunnatullah
- ana jg bingung sama hal seperti ini... Astagfirullah... Jangan sampai datang murka Alloh karna hal ini...
- Lagu Qassidah gimana?
Lagu dahwah gimana?
Saaya gak setuju. - ga setuju apanya Om? ga setuju perintah Rasulullah? atau ga setuju konser musik? :D
- Gak setuju dengan kepicikan pikir yang menyamaratakan keharaman musik dan lagu.
Islam tidak sepicik itu. - maksudnya Rasulullah itu picik? atau bagaimana?
- kalopun gak setuju ya hukum Islam tetap sama..
Musik = Haram - pertama yg kita HARUS PAHAMI adalah bahwa membicarakan hukum Ini Haram atau Ini Halal BERARTI membicarakan Hukum Allah Ta'ala yg telah Dia Wahyukan Kepada NabiNya yang TENTU sudah DIJELASKAN oleh Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam kepada Para Sahabatnya dalam banyak Hadits., kemudian turun temurun dari generasi ke generasi diajarkan oleh para Ulama dalam Majlis Ilmunya, Kitab Hadit yg telah dibukukan oleh para Ulama ada 9 kitab , itulah dasar dari pendalilan akan keharaman musik , Naif Sekali kalau dikatakan bahwa membicarakan masalah Halal Haram hanya masalah POLA PIKIR., Allahul Musta'an
- Dalil Pertama adalah Firman Allah Ta'ala dalam Surah Lukman ayat 6 terjemahnya “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna sehingga dia menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan.” (QS. Luqman: 6), Bagaimana tafsir ayat ini??? z
Abdullah bin Mas’ud (Seorang Sahabat yg berjumpa dgn Nabi dan didoakan Nabi agar Allah memberikan pemahaman akan Alqur'an kepadanya ketika ditanya berkata menafsirkan ‘perkataan yang tidak berguna’, “Dia -demi Allah- adalah nyanyian.” Dalam riwayat lain beliau berkata, “Itu adalah nyanyian, demin yang tidak ada sembahan yang berhak selain-Nya,” beliau mengulanginya sebanyak 3 kali.
Ini juga merupakan penafsiran dari Ibnu Abbas dan Jabir bin Abdillah dari kalangan sahabat. Dan dari kalangan tabi’in: Ikrimah, Said bin Jubair, Mujahid, Mak-hul, Al-Hasan Al-Bashri, dan selainnya. (Lihat selengkapnya dalam Tafsir Ibnu Katsir: 3/460)
Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiallahu anhu bahwa dia mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لَيَكُوْنَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ الْحِرَ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعازِفَ
“Kelak akan ada sekelompok kaum dari umatku yang akan menghalalkan zina, kain sutra (bagi lelaki), khamar, dan alat-alat musik.” (HR. Al-Bukhari no. 5590)
Kalimat ‘akan menghalalkan’ menunjukkan bahwa keempat hal ini asalnya adalah haram, lalu mereka menghalalkannya.
Lihat pembahasan lengkap mengenai keshahihan hadits ini serta sanggahan bagi mereka yang menyatakannya sebagai hadits yang lemah, di dalam kitab Fath Al-Bari: 10/52 karya Al-Hafizh dan kitab Tahrim Alat Ath-Tharb karya Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah. - dan kalaupun mereka tahu konser musik adalah sumber terjadinya keonaran, kebrutalan, kerusakan..
- Sebagai pelengkap, berikut kami membawakan beberapa ucapan dari keempat mazhab mengenai haramnya musik dan nyanyian:
A. Al-Hanafiah.
Abu Hanifah rahimahullah berkata, “Nyanyian itu adalah haram dalam semua agama.” (Ruh Al-Ma’ani: 21/67 karya Al-Alusi)
Abu Ath-Thayyib Ath-Thabari berkata, “Abu Hanifah membenci nyanyian dan menghukumi perbuatan mendengar nyanyian adalah dosa.” (Talbis Iblis hal. 282 karya Ibnu Al-Jauzi)
B. Al-Malikiah
Ishaq bin Isa Ath-Thabba’ berkata, “Aku bertanya kepada Malik bin Anas mengenai nyanyian yang dilakukan oleh sebagian penduduk Madinah. Maka beliau menjawab, “Tidak ada yang melakukukan hal itu (menyanyi) di negeri kami ini kecuali orang-orang yang fasik.” (Riwayat Al-Khallal dalam Al-Amru bil Ma’ruf wan Nahyu anil Munkar hal. 142, Ibnu Al-Jauzi dalam Talbis Iblis hal. 282, dan sanadnya dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Tahrim Alat Ath-Tharb hal. 98)
Abu Ath-Thayyib Ath-Thabari berkata, “Adapun Malik bin Anas, maka beliau telah melarang dari menyanyi dan mendengarkan nyanyian. Dan ini adalah mazhab semua penduduk Madinah.” (Talbis Iblis hal. 282)
C. Asy-Syafi’iyah.
Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Aku mendapati di Iraq sesuatu yang bernama taghbir, yang dimunculkan oleh orang-orang zindiq guna menghalangi orang-orang dari membaca AL-Qur`an.” (Riwayat Abu Nuaim dalam Al-Hilyah: 9/146 dan Ibnu Al-Jauzi dalam Talbis Iblis hal. 283 dengan sanad yang shahih)
Taghbir adalah kumpulan bait syair yang berisi anjuran untuk zuhud terhadap dunia, yang dilantunkan oleh seorang penyanyi sementara yang hadir memukul rebana mengiringinya.
Kami katakan: Kalau lirik taghbir ini seperti itu (anjuran zuhur terhadap dunia) dan hanya diiringi dengan satu alat musik sederhana, tapi tetap saja dibenci oleh Imam Asy-Syafi’i, maka bagaimana lagi kira-kira jika beliau melihat nasyid yang ada sekarang, apalagi jika melihat nyanyian non religi sekarang?!
Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiah berkata mengomentari ucapan Asy-Syafi’i di atas, “Apa yang disebutkan oleh Asy-Syafi’i bahwa taghbir ini dimunculkan oleh orang-orang zindiq adalah ucapan dari seorang imam yang mengetahui betul tentang landasan-landasan Islam. Karena mendengar taghbir ini, pada dasarnya tidak ada yang senang dan tidak ada yang mengajak untuk mendengarnya kecuali orang yang tertuduh sebagai zindiq.” (Majmu’ Al-Fatawa: 11/507)
Ibnu Al-Jauzi berkata, “Murid-murid senior Asy-Syafi’i radhiallahu anhum mengingkari perbuatan mendengar (nyanyian).” (Talbis Iblis hal. 283)
Ibnu Al-Qayyim juga berkata dalam Ighatsah Al-Luhfan hal. 350, “Asy-Syafi’i dan murid-murid seniornya serta orang-orang yang mengetahui mazhabnya, termasuk dari ulama yang paling keras ibaratnya dalam hal ini (pengharaman nyanyian).”
Karenanya Ibnu Al-Jauzi berkata dalam Talbi Iblis hal. 283, “Maka inilah ucapan para ulama Syafi’iyah dan orang-orang yang baik agamanya di antara mereka (yakni pengharaman nyanyian). Tidak ada yang memberikan keringanan mendengarkan musik kecuali orang-orang belakangan dalam mazhabnya, mereka yang minim ilmunya dan telah dikuasai oleh hawa nafsunya.”
D. Al-Hanabilah
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata, “Aku bertanya kepada ayahku tentang nyanyian, maka beliau menjawab, “Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan di dalam hati, saya tidak menyukainya.” (Riwayat Al-Khallal dalam Al-Amru bil Ma’ruf hal. 142)
Ibnu Al-Jauzi berkata dalam Talbis Iblis hal. 284, “Adapun nyanyian yang ada di zaman ini, maka terlarang di sisi beliau (Imam Ahmad), maka bagaimana lagi jika beliau mengetahui tambahan-tambahan yang dilakukan orang-orang di zaman ini.”
Kami katakan: Itu di zaman Ibnu Al-Jauzi, maka bagaimana lagi jika Ibnu Al-Jauzi dan Imam Ahmad mengetahui bentuk alat musik dan lirik nyanyian di zaman modern seperti ini?!
Kesimpulannya:
Ibnu Taimiah rahimahullah berkata, “Imam Empat, mereka telah bersepakat mengharamkan alat-alat musik yang merupakan alat-alat permainan yang tidak berguna.” (Minhaj As-Sunnah: 3/439)
Ibnu Al-Qayyim rahimahullah berkata, “Hendaknya diketahui bahwa jika rebana, penyanyi wanita, dan nyanyian sudah berkumpul maka mendengarnya adalah haram menurut semua imam mazhab dan selain mereka dari para ulama kaum muslimin.” (Ighatsah Al-Luhfan: 1/350)
Al-Albani rahimahullah berkata dalam Tahrim Alat Ath-Tharb hal. 105 berkata, “Para ulama dan fuqaha -dan di antara mereka ada Imam Empat- telah bersepakat mengharamkan alat-alat musik, guna mengikuti hadits-hadits nabawiah dan atsar-atsar dari para ulama salaf.” - Islam itu indah.
Selama keindahan itu untuk menyampaikan firman2 NYA mengapa diharamkan?
Penafsiran itu yg perlu diluruskan.
Hati2, banyak penafsir yg bagus ternyata tidak soheh. - yang jelas musik itu haram hukumnya, apapun jenis musiknya, hadistnya sudah jelas.
- Islam itu mudah.
Kenapa dipersulit?
Lebih baik, ngurusin orang2 Islam yang masih korupsi.
Masa, penduduk sebagian bbesar muslim, tp pelaku korupsi kebanmyakan musslim juga. Itu lebih penting dr pada ngurusin sekedar nyanyian, yg bisa utk menyampaikan dakwah. - Subhanallah, surah lukman ayat 6 tsb ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud paman Nabi dan sahabat yg bertemu langsung dgn Nabi..., lalu om Sis katakan "Penafsiran itu yg perlu diluruskan.
Hati2, banyak penafsir yg bagus ternyata tidak soheh." ??????? - itulah kesalahan daqwah kita yang selalu membiarkan hal-hal yang kecil, padahal di dalam islam tidak ada istilah tidak penting, semua hukum adalah penting.
- coba deh lihat selengkapnya dalam Tafsir Ibnu Katsir: 3/460) tau kan siapa Ibnu Katsir??? beliau muridnya Ibnu Qayyim, Ibnu Qayyim murid dari Ibnu Taimiyah, Ibnu Taimiyah murid dari Imam Syafi'i..
- lagu religi itu hy ada dlm bible, bukan dlm Al Qur'an
Efesus 5.
(19) Pakailah kata-kata dari mazmur, nyanyian puji-pujian dan lagu rohani, dalam percakapan-percakapanmu. Hendaklah kalian dengan hati yang gembira menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan.
Kolose 3.
(16) Hendaklah ajaran-ajaran Kristus yang penuh berkat meresap ke dalam hatimu. Hendaklah kalian saling mengajar dan saling memberi nasihat sebijaksana mungkin. Nyanyikanlah mazmur dan puji-pujian serta lagu-lagu rohani; bernyanyilah untuk Allah dengan perasaan syukur di dalam hatimu.
AMOS 6.
(5) Kamu senang menggubah nyanyian, seperti yang dilakukan oleh Daud, dan kamu memainkan lagu-lagu itu dengan kecapi.
colossians 3:16. Let the word of Christ dwell in you richly in all wisdom; teaching and admonishing one another in psalms and hymns and spiritual songs, singing with grace in your hearts to the Lord.
jd kita jd tahu, kpd siapa para penyanyi berhukum.
:) - Ma kasih.
Saya lagi dengerin lagunya GIGI: Perdamaian.
Bagus. Coba, deh. (inilah orang dikasih hujad tapi hatinya masih tertutup) - kalau kita berpatokan dengan logika bahwa apa2 yg kita anggap baik,indahsemua segala sesuatu maka pelaku maksiat jg berlogika judi itu baik, rokok itu bikin percya diri, pacaran itu indah dsb, maka syariat kalau sudah menetapkan hukumnya kita hanya wajib beriman masalah "kenapa kok bisa begitu?, apa sih hikmahnya dibalik itu?" itu semua urusan belakang jika kita berusaha ingin patuh dan ta'at kepada Rob kita..
- “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)
- Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu sampai mengatakan, “Musik/nyanyian akan menumbuh suburkan kemunafikan di dalam qalbu.” (Diriwayatkan Ibnu Abid Dunya dalam Dzammul Malahi dan Al-Baihaqi, dishahihkan Al-Imam Al-Albani dalam At-Tahrim hal. 10)
- to all : hentikan perdebatan ,meski kalian di phak yg benar. musik=haram, apapun alsannya. dan yg merasa musik itu diboelhkan /sah2 saja, berarti mereka belum menerima apa yg di tetapkan Allah subhanahu wata'ala dgn sepenuhnya, " masuklah ke dalam islam secara kaffah"/ keseluruhan. jgn ambil yg menguntungkan utk diri kita, dan menafikkan yg tdk baik/ secara nafsu kita tdk menyukainya. hanya Allah yg mampu memberi hidayah, kita hanya berkewajiban menyiarkan yg benar. wallahu a'lam. tetap semangat dalam menyiarkan agama islam sesuai al-qur'an dan sunnah rasul-nya. insya allah, aamiin.
- semoga hidayah segera menyapa antum duhai saudaraku
- Bagus.
Agamamu untukmu, agamaku untukku. (kasihan tidak mau terima dalil) - Astaghfirullah.., Jadi Agamamu..???
- sepertinya perdebatan ini gak nyambung ya. Masing2 merasa paling benar dan menyalahkan pihak lain, dengan menggunakan dasar ilmu dan logika yg berbeda. Menurut saya ini menjadi intropeksi bagi juru dakwah kenapa kegiatan kajian islam sepi2 saja, seperti gambar di atas.
- Memurutmu?
- introspeksi bagi juru dakwah????
Sesungguhnya kita diperintahkan untuk senantiasa mencari keridhoan Allah dan Rasul-Nya sebagaimana firman Allah :
[وَاللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَقُّ أَنْ يُرْضُوهُ} [التوبة: 62}
Allah dan Rasul-Nya yang lebih berhak untuk mereka cari keridhoan-Nya (QS 9:61) Maka hendaknya kita takut kepada Allah, dan hendaknya kita bertakwa keapda Allah dihadapan manusia,
Janganlah kita takut kepada mereka sehingga berpikir akan memaklumi mereka agar memperoleh massa yg banyak walaupun menyembunyikan kebenaran, dan akhirnya kita meninggalkan perintah Allah dan Rasul-Nya karena takut kepada mereka.
Barangsiapa yang melazimi sikap ini maka kesudahannya adalah sebagaimana yang pernah dituliskan Aisyah kepada Mu'awiyah
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّهُ مَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللهِ سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ، وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ الناَّسَ، وَعَادَ حَامِدُهُ مِنَ النَّاسِ ذَامًّا، وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَى اللهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَأَرْضَى عَنْهُ النَّاسَ
"Sesungguhnya barangsiapa yang mencari keridhoan manusia dengan mendatangkan kemurkaan Allah maka Allah akan murka kepadanya dan akan menjadikan manusia juga marah kepadanya,
dan orang yang memunjinya akan berubah menjadi mencelanya.
Dan barangsiapa yang mencari keridhoan Allah meskipun mendatangkan kemarahan manusia maka Allah akan ridho kepadanya dan akan membuat mereka ridho kepadanya".
Maka seorang mukmin janganlah menjadikan pikirannya dan tujuannya kecuali mencari keridhoan RobNya dan menjauhi kemurkaanNya, dan kesudahan sesuatu adalah ditanganNya, serta tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah". (Majmu' Al-fatawa 3/232-233) - Sependapat ustad bahwa keridhoan Allah lah yg utama.
Cuma dalam komen saya, saya mencoba memikirkan fenomena kenapa kegiatan pengajian sepi2 saja dan konser musik rame sekali seperti pada foto yg ustad tampilkan di atas. Apakah ini tidak menjadi bahan pemikiran kita ttg metode dakwah yg sdh dilakukan selama ini.Apa yg disampaikan Bung Sis itu mewakili pandangan umum masyarakat kita saat ini terutama generasi muda. Saya sendiri yg sdh menjadikan musik dan nyanyian sbg bahagian dari kehidupan sejak kecil, yg berarti tidak menganggap musik dan nyanyian itu haram, tentu sulit menerima pandangan ini, apalagi munculnya dari penafsiran thd ayat alquran. Jadi butuh waktu dan banyak refernsi lain itu bisa mencernanya. Saat ini saya baru menganggap nyanyian itu haram apabila konten dari nyanyian itu melanggar ketentuan Allah atau mengajak kepada kemungkaran. Gitu pandangan saya Bung Sis. - yg musik n nyanyiany menyejukan jiwa jg haram pak ustadz????
- Kenyataan yang pahit...
Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiallahu anhu bahwa dia mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لَيَكُوْنَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ الْحِرَ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعازِفَ
“Kelak akan ada sekelompok kaum dari umatku yang akan menghalalkan zina, kain sutra (bagi lelaki), khamar, dan alat-alat musik.” (HR. Al-Bukhari no. 5590)
Kalimat ‘akan menghalalkan’ menunjukkan bahwa keempat hal ini asalnya adalah haram, lalu mereka menghalalkannya.
Lihat pembahasan lengkap mengenai keshahihan hadits ini serta sanggahan bagi mereka yang menyatakannya sebagai hadits yang lemah, di dalam kitab Fath Al-Bari: 10/52 karya Al-Hafizh dan kitab Tahrim Alat Ath-Tharb karya Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah.
Nyanyian secara mutlak adalah hal yang diharamkan, baik disertai dengan musik maupun tanpa alat musik, baik liriknya berbau maksiat maupun yang sifatnya religi (nasyid). Hal itu karena dalil-dalil di atas bersifat umum dan tidak ada satupun dalil yang mengecualikan nasyid atau nyanyian tanpa musik.
Jadi nyanyian dan musik ini adalah dua hal yang mempunyai hukum tersendiri. Surah Luqman di atas mengharamkan nyanyian, sementara hadits di atas mengharamkan alat musik. Jadi sebagaimana musik tanpa nyanyian itu haram, maka demikian pula nyanyian tanpa musik juga haram, karena keduanya mempunyai dalil tersendiri yang mengharamkannya.
Sebagai pelengkap, berikut kami membawakan beberapa ucapan dari keempat mazhab mengenai haramnya musik dan nyanyian:
A. Al-Hanafiah.
Abu Hanifah rahimahullah berkata, “Nyanyian itu adalah haram dalam semua agama.” (Ruh Al-Ma’ani: 21/67 karya Al-Alusi)
Abu Ath-Thayyib Ath-Thabari berkata, “Abu Hanifah membenci nyanyian dan menghukumi perbuatan mendengar nyanyian adalah dosa.” (Talbis Iblis hal. 282 karya Ibnu Al-Jauzi)
B. Al-Malikiah
Ishaq bin Isa Ath-Thabba’ berkata, “Aku bertanya kepada Malik bin Anas mengenai nyanyian yang dilakukan oleh sebagian penduduk Madinah. Maka beliau menjawab, “Tidak ada yang melakukukan hal itu (menyanyi) di negeri kami ini kecuali orang-orang yang fasik.” (Riwayat Al-Khallal dalam Al-Amru bil Ma’ruf wan Nahyu anil Munkar hal. 142, Ibnu Al-Jauzi dalam Talbis Iblis hal. 282, dan sanadnya dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Tahrim Alat Ath-Tharb hal. 98)
Abu Ath-Thayyib Ath-Thabari berkata, “Adapun Malik bin Anas, maka beliau telah melarang dari menyanyi dan mendengarkan nyanyian. Dan ini adalah mazhab semua penduduk Madinah.” (Talbis Iblis hal. 282)
C. Asy-Syafi’iyah.
Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Aku mendapati di Iraq sesuatu yang bernama taghbir, yang dimunculkan oleh orang-orang zindiq guna menghalangi orang-orang dari membaca AL-Qur`an.” (Riwayat Abu Nuaim dalam Al-Hilyah: 9/146 dan Ibnu Al-Jauzi dalam Talbis Iblis hal. 283 dengan sanad yang shahih)
Taghbir adalah kumpulan bait syair yang berisi anjuran untuk zuhud terhadap dunia, yang dilantunkan oleh seorang penyanyi sementara yang hadir memukul rebana mengiringinya.
Kami katakan: Kalau lirik taghbir ini seperti itu (anjuran zuhur terhadap dunia) dan hanya diiringi dengan satu alat musik sederhana, tapi tetap saja dibenci oleh Imam Asy-Syafi’i, maka bagaimana lagi kira-kira jika beliau melihat nasyid yang ada sekarang, apalagi jika melihat nyanyian non religi sekarang?!
Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiah berkata mengomentari ucapan Asy-Syafi’i di atas, “Apa yang disebutkan oleh Asy-Syafi’i bahwa taghbir ini dimunculkan oleh orang-orang zindiq adalah ucapan dari seorang imam yang mengetahui betul tentang landasan-landasan Islam. Karena mendengar taghbir ini, pada dasarnya tidak ada yang senang dan tidak ada yang mengajak untuk mendengarnya kecuali orang yang tertuduh sebagai zindiq.” (Majmu’ Al-Fatawa: 11/507)
Ibnu Al-Jauzi berkata, “Murid-murid senior Asy-Syafi’i radhiallahu anhum mengingkari perbuatan mendengar (nyanyian).” (Talbis Iblis hal. 283)
Ibnu Al-Qayyim juga berkata dalam Ighatsah Al-Luhfan hal. 350, “Asy-Syafi’i dan murid-murid seniornya serta orang-orang yang mengetahui mazhabnya, termasuk dari ulama yang paling keras ibaratnya dalam hal ini (pengharaman nyanyian).”
Karenanya Ibnu Al-Jauzi berkata dalam Talbi Iblis hal. 283, “Maka inilah ucapan para ulama Syafi’iyah dan orang-orang yang baik agamanya di antara mereka (yakni pengharaman nyanyian). Tidak ada yang memberikan keringanan mendengarkan musik kecuali orang-orang belakangan dalam mazhabnya, mereka yang minim ilmunya dan telah dikuasai oleh hawa nafsunya.”
D. Al-Hanabilah
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata, “Aku bertanya kepada ayahku tentang nyanyian, maka beliau menjawab, “Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan di dalam hati, saya tidak menyukainya.” (Riwayat Al-Khallal dalam Al-Amru bil Ma’ruf hal. 142)
Ibnu Al-Jauzi berkata dalam Talbis Iblis hal. 284, “Adapun nyanyian yang ada di zaman ini, maka terlarang di sisi beliau (Imam Ahmad), maka bagaimana lagi jika beliau mengetahui tambahan-tambahan yang dilakukan orang-orang di zaman ini.”
Kami katakan: Itu di zaman Ibnu Al-Jauzi, maka bagaimana lagi jika Ibnu Al-Jauzi dan Imam Ahmad mengetahui bentuk alat musik dan lirik nyanyian di zaman modern seperti ini?! - mengapa Allah dan Rasul-Nya membenci musik dan nyanyian?
Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyebutkan beberapa di antara bahayanya:
1.Musik bagi jiwa seperti arak karena banyak orang yang melakukan berbagai kekejian seperti zina dan penganiayaan dikarenakan mabuknya musik dan penyanyi yang membawakannya.
Al-Fadhil bin ‘Iyadh berkata, “Nyanyian adalah tangga menuju zina.”
2.Musik dapat menyebabkan pecandunya lebih mencintai penyanyi atau pemain musik lebih daripada cintanya kepada Allah sehingga cintanya tersebut dapat menjatuhkannya ke dalam kesyirikan tanpa dia sadari.
3.Musik melalaikan manusia dari ketaatan kepada Allah.
Berapa banyak orang yang lebih menyukai musik daripada mendengarkan Al-Qur’an?
Berapa banyak orang yang melalaikan sholat karena hatinya tertambat pada lagu atau musik?
Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, “Tidak seorang pun yang mendengarkan nyanyian kecuali hatinya munafik yang ia sendiri tidak merasa.
Andaikata ia mengerti hakikat kemunafikan pasti ia akan melihat kemunafikan itu di dalam hatinya,
sebab tidak mungkin berkumpul di dalam hati seseorang antara ” cinta nyanyian” dan “cinta Al-Qur’an”,
kecuali yang satu mengusir yang lain.” Juga perkataan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, “Nyanyian menimbulkan kemunafikan dalam hati seperti air menumbuhkan sayuran, sedang dzikir menumbuhkan iman dalam hati seperti air menumbuhkan tanaman.”
Serta Imam Ahmad rahimahullah, “Nyanyian itu dapat menumbuhkan kemunafikan di dalam hati.” Kemudian ketika ditanya tentang syair-syair Arab yang dinyanyikan, beliau berkata, “Aku tidak menyukainya, ia adalah amalan baru, tidak boleh duduk bersama untuk mendengarkannya.”
Jumhur ulama berpendapat bahwa musik dan nyanyian adalah sesuatu yang terlarang, seperti Imam Abu Hanifah dan Imam Asy-Syafi’i yang berpendapat bahwa nyanyian itu tidak disukai (baca = haram) karena menyerupai kebatilan, adapun mendengarkan lagu adalah termasuk dosa.
Bila sebagian orang yg disebutkan oleh Beth Saputro menggunakan nyanyian untuk menyampaikan orasi yg mereka sebut "dakwah" maka kami katakan bahwa:
Untuk menilai suatu Halal atau Haram atau masalah apapun dalam urusan Agama Islam maka seorang Muslim yang mengaku dirinya beriman kepada Allah dan Hari akhir Haruslah mengambil pendapat yg paling Haq, yaitu Qolallah (Alqur'an) dan Qolarasul (Asunnah) dan mengesampingkan perkataan dan perbuatan manusia lainnya (kecuali Nabi dan Sahabat) - Nyanyian yg dibolehkan
Namun benarkah, dalam Islam semua bentuk nyanyian terlarang? Perlu kita ketahui bahwa ada beberapa nyanyian tanpa musik yang diperbolehkan dalam Islam, yaitu:
1. Nyanyian di hari raya yang dilakukan oleh wanita. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.
“Rasulullah masuk menemui ‘Aisyah. Di dekatnya ada dua anak perempuan yang sedang memainkan rebana. Lalu Abu Bakar membentak mereka, maka Rasulullah bersabda: biarkanlah mereka, karena setiap kaum mempunyai hari raya dan hari raya kita adalah hari ini.” (HR. Bukhari)
[Perhatikan Hadits diatas bahwa yg menyanyikan "ANAK-ANAK KECIL perempuan, BUKAN LAKI-LAKI"]
2. Nyanyian yang diiringi terbang (rebana) pada waktu pernikahan dengan maksud memeriahkan atau mengumumkan akad nikah dan mendorong orang untuk menikah tanpa berisi pujian akan kecantikan seseorang atau pelanggaran terhadap syari’at.
Namun nyanyian ini dinyanyikan oleh wanita dan diperdengarkan di kalangan wanita pula.
Diriwayatkan dari Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz, ia berkata, “Pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke tempatku ketika saya menikah. Beliau duduk di atas kasurku dan jarak beliau dengan saya seperti jarak tempat dudukku dengan tempat dudukmu. Untuk memeriahkan pernikahan kami, beberapa orang gadis tetangga kami menabuh rebana dan menyanyikan lagu-lagu yang mengisahkan para pahlawan Perang Badar.
Ketika mereka asyik bernyanyi, ada salah seorang di antara mereka yang mendendangkan, ‘Di tengah-tengah kita ada Nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi besok.’ Mendengar syair seperti itu Nabi berkata kepadanya, ‘Tinggalkan ucapan seperti itu! Bernyanyilah seperti nyanyian-nyanyian sebelumnya saja!’” (HR. Bukhari)
[Perhatikan hadits itu bahwa Nabi langsung membantah ucapan/syair mereka yg bathil, bagaimana dgn nyanyian jaman sekarang yg penuh kebatilan??]
3. Nyanyian pada waktu kerja yang mendorong untuk giat dan rajin bekerja terutama bila mengandung do’a atau nyanyian yang berisi tauhid atau cinta kepada Rasulullah yang menyebut akhlaknya atau berisi ajakan jihad, memperbaiki budi pekerti, mengajak persatuan, tolong-menolong sesama umat atau menyebut dasar-dasar Islam.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan rahimahullah berkata bahwa syair-syair yang diperdengarkan di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah dilantunkan dengan paduan suara semacam nyanyian-nyanyian, dan tidak pula dinamakan nasyid-nasyid Islami,
namun ia hanyalah syair-syair Arab yang mencakup hukum-hukum dan tamtsil (permisalan), penunjukan sifat keperwiraan dan kedermawanan.
Selain itu, para sahabat melantunkannya secara sendirian dikarenakan makna yang terdapat di dalamnya. Mereka melantunkan sebagai syair ketika bekerja yang melelahkan, seperti membangun (masjid) serta berjalan di waktu malam saat safar (jihad).
Maka perbuatan mereka ini menunjukkan atas diperbolehkannya lantunan (syair) ini, dalam keadaan khusus (seperti) ini. Selain itu, mereka tidak pernah menjadikan nyanyian sebagai kebiasaan yang dilakukan terus-menerus, karena para shahabat adalah generasi yang selalu mengisi hari-harinya dengan Al-Qur’an dan tidak pernah tersibukkan dengan selain Al-Qur’an.
4. Adapun terbang (rebana) hanya boleh dimainkan pada waktu hari raya serta pernikahan dan tidak boleh dipakai ketika berdzikir seperti yang biasa dilakukan oleh kaum sufi, karena Rasulullah dan para shahabatnya tidak pernah melakukannya.
Obat Bagi Hati
Jika setiap penyakit ada obatnya, maka bagaimana cara untuk mengobati kecanduan akan musik dan nyanyian?
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah menyebutkan 3 cara menghindari nyanyian dan musik:
1. Menjauhkan diri dari mendengarkan nyanyian dan musik melalui televisi, radio, dan lain-lain, terutama lagu-lagu yang seronok.
2. Membaca Al-Qur’an, terutama surat Al-Baqarah.
“Sesungguhnya syaitan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah.” (HR. Muslim)
3. Mempelajari riwayat hidup Rasulullah sebagai seorang yang berakhlak mulia serta para shahabatnya.
Untuk pertama kali, mungkin masih ada yang merasa sulit untuk menghilangkan kebiasaan mendengarkan musik. Namun saudaraku (seagama), kita harus yakin bahwa dalam setiap larangan-Nya selalu ada hikmah yang besar bagi kita. - Musik itu indah.
Musik bisa digunakan untuk berdakwah.
Cat Steven skrg Yusuf Islam, menjadi muslim dan berdakwah dg musik.
Bimbo, Ebiet G. Ade, Opick dll, mereka berdakwah dengan musik.
Islam tidak picik. Al Quran tak terbantahkan.
Penafsirnya yg memerlukan kelembutan hati untuk memaknai. - Tp mrka jg tlah menghasilkn duit dgn menjual nyanyian mrka. Apakah penghasilan mrk jg haram (maaf)? Anak saya (4thn) jg suka menyanyi lgu anak2 jg dwasa, apkah sya hrs sgra melarangny pak?
- Antum sudah sebutkan tujuan mereka yaitu "Duit", Allahul musta'an., anak-anak dari kecil harus diperkenalkan kpd mereka alqur'an dan hadits agar hati mereka tidak ditempati oleh syeitan, ajarlah mereka membaca dan menghapalnya insyaallah kalau mereka terbiasa dgn alqur'an dan hadits maka mendengar nyanyian, nonton tv tdk akan menarik sedikitpun bagi mereka walaupun kita nyalakan, bukti tentang hal ini sangat banyak , imam syafi'i bahkan telah hapal alqur'an sejak umur 7 tahun..
- cat steven atau yusuf islam brenti main musik setelah masuk islam om wahyu.. dia menyanyi lagu dakwah tanpa musik. hadeehh..
- dan satu lagi, pada jaman Rasulullah, alat musik itu sdh ada, itulah knp ada larangan oleh beliau. kl mmg itu baik utk dakwah, tentu Rasulullah juga pakai pd jaman tersebut, tp apa ? tyt Rasulullah malah mengeluarkan larangan.
- Musik itu tidak harus berbentuk alat.
Mulut bisa jadi alat musik.
Sesuatu yang dilantunkan dg berirama bisa diseebut dg musik.
Intinya, selama dilakukan di jalan NYA, tak ada yg salah.
Guru saya mengatakan demikian. - hukum hukum dlm Al Qur'an itu dijelaskan dengan hadits shahih dr Rasulullah, dua hukum tsb tdk bisa dipisahkan, kalopun hy menganbil dr AL qur'an saja, bagaimaa kita akan tahu pelaksanaan tanpa penjelasan hadits? misalnya jumlah rakaat sholat dsb,
krn hal hal spt itu ga ada dlm al Qur'an, tp om Wahyu kan juga sholat dhuhur 4 rakaat? dr mana asalnya kl bukan dr hadits? sebab dlm al Qur'an itu tdk disebut.
simulasi lainnya adl, jk y memilih percaya Al Qur'an dan menolak hadits, lha l Qur'an itu asalnya dr siapa? bukankan juga diturunkan melalui Rasulullah? masak Jibril datang sendiri sm Om Wahyu ut mengabarkan al Qur'an?
tyt jg om dpt dr Rasulullah kan? knp menerimanya ? dan knapa menolak hadits yg nota bene dihadikan utkmenjelaskan hukum dlm al Qur'an.
cobalah simak dg hati ikhlas dulu, insyaAllah Hidayah datang.. :) - Ok.
Saya menjalankan Islam saya dengan tetap berlandaskan Al Quran dan hadist serta tetap menikmati musik.
Silakan yg tak mau menikmati keindahan tanpa musik.
Islam meenjamin perbedaan itu. Lagi pula, ALLAH adalah sebenar-benar kebenaran itu. Lain tidak. - Buaaanyak yg mengaku berlandaskan alqur'an dan sunnah Sis Tonsco., saya bahkan pernah bertemu dgn seorang pengikut Ahmadiyah (yg difatwa kafir oleh rabhitah alislam), mereka juga mengaku "berlandaskan alqur'an dan sunnah"...,
LALU KENAPA BEDA PEMAHAMAN..????
Islam mengajarkan agar memahami Agama "Seperti Metode Pemahaman Nabi dan Sahabat", KARENA Nabi telah Bersabda "Sebaik-baik generasi adalah pada MASAKU, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya" yaitu Cara beragama Sahabat, Kemudian Tabiin, Kemudian Tabiut Tabiin.
BANDINGKAN dgn yg menyimpang "Mereka memahami agama ini berdasarkan Hawa nafsu, berdasarkan KESUKAAN MEREKA, berdasarkan AKAL SEMATA" TANPA MERUJUK kepada CARA BERAGAMA SAHABAT NABI, TABIIN dan TABIUT TABIIN
Ini akar masalahnya, Nabi mengatakan dalam suatu hadits yg panjang Nabi mengatakan "Bangsa Yahudi telah terpecah-belah menjadi 71 golongan. Dan umat Nashara telah tercerai-berai menjadi 72 golongan. Dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya berada di neraka, kecuali satu (golongan)," kemudian ada yang bertanya: “Siapakah mereka, wahai Rasulullah,” beliau menjawab: "(Yaitu golongan) yang berada di atas jalanku sekarang ini dan para sahabatku".[Hadits shahih, diriwayatkan oleh sejumlah sahabat. Lafazh di atas riwayat dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al Ash. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (2641), al Hakim (1/129-128), Ibnu Wadhdhah dalam al Bida' (hlm. 15-16), al Ajurri dalam asy-Syari'ah (16), al Lalikai dalam Syarhu Ushulil-I'tiqad (147) dll.]
PERHATIKAN Nabi "TDK MENGATAKAN SEMUANYA SELAMAT" sekali lagi TIDAK.., Karena itu, Wallahi Islam SAMA SEKALI TDK MENJAMIN PERBEDAAN
Siapakah mereka?? golongan yg selamat?? Lihat Surat Attaubah ayat 100 ( “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan ORANG-ORANG YANG MENGIKUTI MEREKA DENGAN BAIK (dalam TATACARA BERAGAMA), Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah . . “[At-Taubah :100]... (SIlahkan lihat tafsirnya pd kitab2 tafsir yg ditulis Ulama)
Setelah Jelas Dalil dari Alqur'an dan Sunnah., dan Hujjah telah disampaikan maka berdasarkan Firman Allah : “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas petunjuk baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali” (QS. An Nisaa’: 115) - anda bilang Alloh adalah sebenar-benarnya KEBENARAN?? apa anda menolak kebenaran dari Sabda Rosululloh tentang haramnya musik yang di paparkan di atas???Apa anda tidak tahu kalau ucapan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam adalah wahyu??
Kewajiban kita taati apa yang datang dari beliau shollallohu 'alaihi wa sallam:
“barangsiapa yang taat kepada rasul maka sungguh dia telah taat kepada Allah.”
(QS.An-nisaa:80)
“Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.
(QS.Ali Imran:32)
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS.Ali Imran:31)
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk”.
(QS.Al-A’raf:158)
Maka kebaikan itu setiap kebaikan adalah dengan mengikutinya, dan berhukum dengan syari’at dan sunnahnya, dan kejahatan setiap kejahatan adalah menyelisihi petunjuknya,dan berpaling dari sunnahnya Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam. - Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu. (8:35)
- memang cukup banyak lagu/nyanyi yg isinya tdk sesuai dengan hakikat Islam yg cenderung munafik dan keliru, ini barangkali yang menuju haram, tetapi cukup banyak juga kita lihat dan saksikan lagu2 yg berisi pesan2 positif, perdamaian, persatuan, yg setiap negara di dunia punya lagu kebangsaannya disertai iringan musik, juga lagu ajakan pda kebaikan, ajakan pada jalan Ilahi sgt banyak di temui misalnya lagu, Bimbo, sebagian H.Rhoma Irama, Maher Zein, Opick, Ebiet G Ade, group musik Debu,syair/lagu Taufik Ismail semuanya berisi mengingatkan akan Islam, ketaatan, kebesaran Ilahi, dinyanyikan dengan iringan musik yg baik oleh group Bimbo saya nilai banyak berdampak positif pada pendengarnya. Dan banyak lagi lagu2 Qasidah n Gambus yg menggiring pikiran kita kepada hal2 yg diingatkan oleh Islam. Saya sendiri sangat yakin akan kebenaran Islam, AlQur an, Hadits, kebetulan saya punya bakat seni musik n vokal, sehingga saya punya group musik yg setiap manggung, alhamdulillah tidak tuh melalaikan sy dr sholat, bahkan lagu2 yg sy ciptakan yg berisi curahan kejujuran jiwa malah membuat sy merasa lebih baik dalam beribadat, artinya tidaklah selalu lagu berisi kemunafikan, bahkan lagu sy juga berisi ajakan pada penegakan moral n persatuan. Jadi menurut pandangan saya kita menafsirkan ayat n hadits memang harus ekstra hati2 sekali apalagi hadist2 yang membutuhkan kupasan yg mendalam. Maaf sy sendiri sering sedih kadangkala bbrp ustad kita yang berdakwah diatas mimbar suka ngambang dlm menjelaskan sesuatu, kurang komprehensif dalam menyampaikan sesuatu, mestinya agar tdk membingungkan, berbicaralah yg akurat, terukur n jelas batas2annya. Begitu juga dalam menafsirkan ayat2 n hadits2 tsb diatas. Di sinilah salah satu kelemahan kita umat Islam di dunia ini makanya kita tak maju maju, gampang dikalahkan oleh musuh.
- pada zaman rasul perkembangan musik kan lum gitu pesat kayak sekarang. jadi rasul mengharamkan.lha sekarang banyak jenis2 musik,dr yg liriknya cinta2an ampe yg liriknya berisi kemusyrikan.dan remaja skrng cenderung sk dg musik yg iramanya menarik,tnp tau isinya.mengkin mreka bs2 mengikuti isi musik yg ga sesuai agama.lha kalo ga diimbangi dg musik yg isinya bernuansa islami mau jd kayak apa? ibarat qt diserang qt ga lawan.berijtihadlah dg melihat realita yg ada skrng mas bro.
- Setelah hujjah yang begitu tegak disampaikan,maka lepaskan dia dalam kejahilan..
Ana maklum,tertutupnya hati oleh bisikan syaithon...membuat seakan akan musik itu sesuatu yg nyaman untuk di nikmati...mengalahkan lantunan al qur'an...gak percaya ?? mari kita tanya...berapa bulan sekali dia membaca dan mentadabburi alqur'an..?
Penempatan akord yg tepat...aransement yg yg mantap...suara yg merdu...membuat setan menari kegirangan diatas not2 yg keluar menghiasi gendang telinga kita...Berpuluh tahun ana bergelut dgn penempatan akord dan aransement musik dan lagu...mempermainkan tanda kromatis...krusi..mol...semua itu membuat ana terlupa dgn kehendak Allah dan RosulNya..
Namun setelah datang dalli dari alqur'an dan hadist,sedikitpun ana tidak bisa berkutik..apalagi mencari cari alasan buat membela diri di hadapan Allah jalla wa "ala...
Hanya satu kata : "SAMI'NAA WA ATHO'NA...----> KAMI MENDENGAR,MAKA KAMI TAAT"
mudah2an bagi saudara2 kami yg masih mau membantah dan mencari celah2 untuk membela diri dari musik di hadapan Allah,diberikan hidayah..diberi kemudahan menuju jalan yg diridloi Allah... - tafadhdhol., wafika barakallah ......mau kenalan gak dengan MANTAN pemusik yg bahkan pernah pernah menjadi instruktur musik dan digelari Master.., silahkan tanya aja langsung pengalaman rohani beliau ini Akhi Abu Ayaz.
- hehehe....ana juga mantan pemusik koqq.....hhehehe....
ana sedikit bisa aransement...ana pemain saxophone...
Dgn Akhy Abu Ayaz ana kenal...hehehehe - Yang jadi setan itu bukan musiknya.
Musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri. - ana sedih,jika mengingat mas kelam ....waktu yg sebegitu panjang habis sia2 hanya krn mengurus musik...mengurus ajakan maksiat...bukan mengurus ilmu alqur'an dan hadist..
- islam agama yg luwes.tengoklah sunan bonang.beliau berdakwah menggunakan bonang/sjenis alat musik yg dipukul.apa mnrt sampean beliau ga paham syariat?kalau ga ada musik yg bernuansa islami spt yg dibwkan hadad alwi,sulis,roma irama,maher zain.lalu apa pas nikahan muslim harus diisi lagu kidung pemujaan berhala? didesa kalo nikah musik full. paham yg anda anut tidak akan bs merangkul smua kalangan.bukan rahmatan lil alamin. berijtihadlah tentang hadis diatas dg realita yg ada skrg bung.
- melihat sumber ajaran islam kok sunan bonag?? bukannya Alqur'an dan Sunnah??
- Aneh memang Pak Raden ini. Ýαηģ wajib ϑï ittiba'I adalah Rasulullah, bukan si Bonang. Lagian si Bonang itu ga jelas nasabnya, entah eksis entah ga, keknya cuma dongeng ϑєн..
- pa qm ga pnah dngar tntang pnyambutan masy yatsrib ktk nabi berhijrah kesana? nabi disambut dg qosidah n sejenis rebana.jika nabi menganggap itu salah knp ga dibenarkan?
- Yang salah bukan Nabi, tp yang menafsirkan.
- Alhamdulillah....untung saya dapat kekuatan untuk mengundurkan diri dr musisi biarpun label sudah ada yg menerima......
- Semua Riwayat yg membolehkan nyanyian kalau tdk lemah pasti palsu, coba antum sebutkan riwayatnya kalau berhujjah..
- memang menurut pengalaman saya musik itu lebih susah dilepas drpd rokok....dgn keyakinan yg kuat dan mencari teman/lingkungan yg sehat Alhamdulillah 22nya bsa dilepas....
- Ketahuilah ukhuwah dan solidaritas sejati tidak akan bisa diraih, kecuali bila dibangun di atas pondasi yang kokoh, berangkat dari sikap ketulusan, aqidah yang lurus, keimanan yang murni, manhaj yang benar dan ikhlas dalam nasihat-menasihati.
Allah telah berfirman : Allah berfirman, artinya
"apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertakwalah pada Alah, sesungguhnya Allah Maha Keras SiksaNya"
(QS.Al-Hasyr : 7)
Allah berfirman, artinya,
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)"
(QS. Al-'araf : 3)
Allah berfirman, artinya,
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (pada Allah)"
(QS. al-imran:64)
Allah berfirman tentang orang-orang yg beriman:
Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. an-Nur: 51)
"Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Rabbana dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. al-Baqarah: 285)
SEDANGKAN AHLI KITAB MENGATAKAN:
سَمِعْنَا وَعَصَينَا
Kami mendengar dan kami memaksiatinya.
Sudut pandang memahami Islam hanyalah dengan Mengikuti Alqur'an, dan Assunnah sesuai pemahaman para shahabat., TDK ADA YG SELAIN ITU.
Ketika seseorang disampaikan Firman Allah dan Sabda Nabi lalu ia tetap mencari cari dalih dan mengingkarinya.., MAKA dialah penyebab perselisihan.., dialah yg lari dari jamaah.
Subhanakallahumma wabihamdika asyhaduanla ilaha illa anta astaghfiruka waatubu ilaik - pakah tidak suka musik pasti masuk surga?
Picik sekali.
Alangkah meruginya Anda.
Sudah tak menikmati indahnya Islam, belum tentu masuk surga pula.
Islam itu berkembang dengan berbagai macam cara. Termasuk dengan musik. Berani2nya anda meragukan keislaman seorang Taufik Imail? Bimbo?, Ebiet G?. Ade dll yg telah berdakwah memalui jalan NYA.
Atau grup2 Qasidah yang menjunjung tinggi ALLAH dan Rasulullah melalui musik?
Kalaupun mereka ada yg salah, bukan karena musiknya, tp karena mereka pribadi.
Lagi puula, Islam itu Rahmatan lil Alamin. Jangan lupa itu.
Bertanyalah kepada berbagai guru agar Islam dapat diterima dengan nurani bersih dan rasa syukur.
Jadikan Islam sebagai keyakinan hakiki yang menyeluruh. Bukkan sepotong-sepotong yang akhirnya hanya jadi dogma.
Keep on rockin' man. - Ana hanya berusaha membantu membuka link tsb....mudah2an bermanfaat:
Thola’al Badru ‘Alaina … Senandung Penduduk Kota Madinah Saat Menyambut Kedatangan Rosululloh
A. Al Kisah
Konon diceritakan bahwa setelah Rosululloh dan Abu Bakr menempuh perjalanan panjang yang melelahkan, ditengah-tengah intaian kaum kuffar Quraisy, maka akhirnya Alloh menyelamatkan mereka hingga sampai ke Kota Madinah. Di sisi kisah yang lainnya para penduduk kota Madinah, dari kaum laki-laki, wanita dan anak-anak setiap harinya keluar rumah menuju pingiran kota untuk menunggu kedatangan beliau, kalau sampai sore hari belum ada tanda-tanda kedatangan beliau maka mereka pulang dengan perasaan kecewa. Sehingga suatu ketika dari jauh kelihatan ada debu yang berterbangan, semakin lama semakin dekat, mereka berharap-harap cemas siapakah gerangan yang datang tersebut ? Alangkah bahagianya mereka tatkala mengetahui bahwa yang datang adalah Rosululloh, manusia agung yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya, lalu mereka semua menyenandungkan gubahan bait syair berikut ini :
من ثنيات الوداع O طلع البدر علينا
ما دعا لله داع O وجب الشكر علينا
جئت بالأمر المطاع O أيها المبعوث فينا
Telah muncul purnama kepada kita
Dari daerah Tsaniyatul Wada’
Wajiblah bagi kita untuk bersyukur
Selagi masih ada orang yang berdo’a kepada Alloh.
Wahai orang yang diutus kepada kami
Engkau telah datang dengan perkara yang ditaati
.
B. Kemasyhuran Kisah Ini
Saya rasa tidak ada seorangpun yang tidak mengenal kisah ini, karena hampir disemua kitab sejarah yang menceritakan tentang kedatangan Rosululloh ke kota Madinah dalam perjalanan hijroh agung beliau. Bahkan senandung bait syair ini sudah menjadi bahan nyanyian sebagian kaum muslimin, mereka menganggapnya sebagai sebuah nyanyain yang islami (?), karena bait syair ini dalam angapan mereka adalah untuk menyambut kedatangan Rosululloh saat perjalanan hijroh beliau. Wallohul Musta’an
Sampai-sampai beberapa kitab sejarah yang ditulis oleh para ulama’ sunnah pun menyebutkan kisah ini, diantaranya adalah yang disebutkan oleh Syaikh Shofiyyur Rohman Al Mubarokfuri dalam Ar Rohiqul Makhtum, beliau berkata pada bab : Masuk ke kota Madinah : “Saat itu adalah hari yang cemerlang dalam catatan sejarah, rumah-rumah dan gang-gang bergetar karena gema suara pujian kepada Alloh, lalu anak-anak wanita anshor dengan perasaan suka cita yang menggelora, mereka bernyanyi menyenandungkan ….(lalu beliau menyebutkan syair diatas).”
.
C.Derajat Kisah
Kisah ini lemah
Takhrij kisah ini : (1)
Diriwayatkan oleh Abul Hasan Al Khol’i dalam Al Fawa’id 2/59, Baihaqi dalam Dala’ilun Nubuwah 2/233 beliau berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Amr al Adib berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Bakr al Isma’ili berkata : Saya medengar Abu Kholifah berkata : Saya mendengar Ibnu Aisyah berkata : Tatkala Rosululloh datang ke kota Madinah mana anak-anak dan wanita bersenandung …..”
Sanad hadits ini lemah karena Ibnu Aisyah yang beliau bernama Ubaidillah bin Muhammad bin Aisyah, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Al Mizzi dalam Tahdzibul Kamal no : 4262 : Ubaidilah bin Muhammad bin Hafsh bin Umar bin Musa bin Ubaidillah bin Ma’mar Al Qurosyi at Taimi, Abu Abdir Rohman Al Bashri. Dia lebih dikenal dengan nama Al ‘Aisyi dan Ibnu ‘Aisyah, karena dia adalah anak keturunan Aisyah binti Tholhah bin Ubaidillah.
Dia termasuk gurunya Imam Ahmad bin Hanbal dan termasuk orang yang mengambil hadits dan meriwayatkannya dari Tabiut tabi’in.
Jadi sanad ini terputus tiga tingkatan secara berurutan , yaitu sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in, dan hadits dengan sanad semacam inilah yang oleh para ulama’ hadits dinamakan dengan mu’dhol, sedangkan mu’dhol, adalah sebuah hadits yang lemah.
Berkata As Sakhowi dalam Fathul Mughits 1/185 : “Mu’dhol dalam istilah para ulama’ adalah : Hadits yang sanadnya terputus dua orang atau lebih secara berurutan.”
Dengan sebab inilah para ulama’ melemahkan kisah ini, meskipn sangat masyhur. Diantara mereka adalah Imam Al ‘Iroqi dalam takhrij ihya’ 2/244, Al Albani dalam Adh Dho’ifah no : 598, Ibnul Qoyyim dalam Zadul Ma’ad 3/10, Ibnu Hajar dalam Fathul Bari dan lainnya.
Sisi kelemahan lainnya :
Kisah ini pun lemah kalau kita tinjau dari sisi matannya yaitu : bahwa daerah Tsaniyatul wada’ adalah sebuah daerah yang berada di sebelah utara kota Madinah, sedangkan Makkah berada disebelah selatan Madinah. Dan orang Mekah yang akan menuju ke Madinah tidak akan pernah melewati daerah Tsaniyatul wada’. Inilah yang diisyaratkan oleh Imam Ibnul Qoyyim dalam Zadul Ma’ad, beliau berkata :
“Sebagian perowi salah tatkala meriwayatkan kisah ini terjadi saat kedatangan beliau dari Mekkah ke Madinah. ini adalah sebuah kesalahan yang sangat nyata, karena daerah Tsaniyatul wada’ berada diarah Syam, daerah ini tidak akan pernah dilihat oleh orang yang datang dari Mekkah ke Madinah, dan tidak akan dilewati kecuali oleh orang yang berangkat dari Madinah menuju Syam.”
(Lihat Zadul Ma’ad 3/10) - D. Bersama al Ghozali dan kitab beliau Ihya’ Ulumuddin
Kisah ini digunakan dalil oleh Imam Al Ghozali dalam kitab tenar beliau Ihya’ ulumuddin 2/275 untuk menghalalkan nyanyian dan musik. Beliau berkata :
“Sisi dibolehkannya nyanyian adalah bahwa nyanyian adalah sesuatu yang bisa membangkitkan rasa senang dan gembira, maka semua yang boleh untuk bersenang senang dengannya maka boleh pula unytuk membangkitkan rasa senang dengan sesuatu tersebut. Dan yang menunjukkan akan bolehnya hal ini adalah riwayat yang menyatakan bahwa saat kedatangan Rosululloh ke kota Madinah maka para wanita menabuh duff (semacam gendang tanpa suara gemerincing) dan menyenandungkan :
من ثنيات الوداع O طلع البدر علينا
ما دعا لله داع O وجب الشكر علينا
Nukilan dari Imam Al Ghozali ini salah tiga sisi :
Pertama : kisah ini adalah lemah, sebagaimana keterangan diatas
Kedua : beliau menambah dalam riwayat tersebut lafadz yang tidak ada asal usulnya yaitu : “ …….. maka para wanita menabuh duff (semacam gendang tanpa suara gemerincing) dan menyenandungkan …..”
Tambahan yang tidak ada asal usulnya ini sering digunakan oleh sebagian kalangan untuk menghalalkan musik, padahal tambahan ini tidak ada asal usulnya.
Berkata Imam Al ‘iroqi dalam Takhrij Ihya’ (2/275) :
“Hadits tentang para wanita yang bersenandung saat kedatangan Rosululloh ini diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Dala’ilun Nubuwah secara mu’dhol, namun tidak terdapat adanya menabuh duff dan nyanyian.”
Berkata Syaikh Al Albani :
“Al Ghozali menyebutkan kisah ini dan menambah dengan menyebut adanya “ menabuh duff dan nyanyian.” Padahal tambahan ini tidak ada asal usulnya sebagaimana yang disebutkan oleh Al Hafidl Al ‘iroqi. Banyak orang yang tertitpu dengan tambahan ini, sehingga ada sebagian kalangan yang menyebutkan kisah ini sebagai dalil bolehnya nyanyian, padahal seandainyapun hadits ini shohih, maka ini bukan dalil atas kebenaran pendapat mereka.”
Ketiga : beliau membolehkan nyanyian dan musik, padahal keduanya sangat jelas keharamannya sebagaimana yang ditegaskan oleh Rosululloh dalam banyak haditsnya. Diantaranya adalah :
Pertama :
عن أبي مالك الأشعري قال : ليكونن من أمتي أقوام يستحلون الحر والحرير والخمر والمعازف
Dari Abu Malik al Asy’ari berkata : “Rosululloh bersabda : “Sungguh akan ada sekelompok dari umatku yang menganggap halal zina, sutra, khomer (minuman keras) dan alat musik.”
(HR. Bukhori : 5590)
Al Ma’azif adalah alat musik. Berkata Imam Ibnul Qoyyim : dia adalah semua alat musik, tidak ada perselisihan diantara para ulama’ bahasa mengenai arti ini.”
Kedua :
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : صوتان ملعونان في الدنيا والآخرة : مزمار عند نعمة ورنة عند مصيبة
Dari Anas bin Malik berkata : “Rosululloh bersabda : “Dua suara yang dilaknat didunia dan akhirat, yaitu bunyi seruling ketika mendapatkan nikmat dan rintihan ketika mendapatkan mushibah.”
(Shohih riwayat Al Bazzar dalam musnad beliau 1/377, Abu Bakr Asy Syafi’i 2.22, Dliya’ al Maqdsi 6/188)
Ketiga :
عن عبد الله بن عباس رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن الله حرم علي الخمر والميسر والكوبة وكل مسكر حرام
Dari Abdulloh bin Abbas berkata : “Rosululloh bersabda : “Sesungguhnya Alloh mengharamkan kepadaku khomer, judi, gendang dan setiap yang memabukkan adalah harom.”
(Shohih riwayat Abu Dawud : 3696, Baihaqi 10/221, Ahmad 1/274, Abu Ya’la : 2729, Ibnu Hibban : 5341)
Keempat :
عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إن الله عز وجل حرم الخمر والميسر والكوبة والغبيراء وكل مسكر حرام
Dari Abdulloh bin Amr bin Ash bahwasannya Rosululloh bersabda : “Sesungguhnya Alloh mengharamkan khomer, judi, gendang, ghubairo’ (minuman memabukkan yang terbuat dari jagung) dan setiap yang memabukkan adalah harom.”
(Hadits hasan riwayat Abu Dawud : 3685, Thohawi 2/325, Baihaqi 10/221, Ahmad 2/157)
Kelima :
عن عمران بن حصين قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” يكون في أمتي قذف ومسخ وخسف ”
قيل : يا رسول الله ومتى ذاك ؟ قال : إذا ظهرت المعازف وكثرت القيان وشربت الخمور
Dari Imron bin Hushoin berkata : “Rosululloh bersabda : “Akan terjadi pelemparan pada ummatku, dirubahnya manusia menjadi bentuk lain dan gempa. Beliau ditanya : “Kapankah itu terjadi wahai Rosululloh ?.” beliau menjawab : “Jika alat musik telah semarak, banyaknya penyanyi dan khomer di tenggak.”
(Hadits hasan riwayat Tirmidzi : 2213, Ibnu Abid Dunya 1/2 , Abu Amr Ad Dani 1/39, Ibnu Najjar 18/251)
Hadits-hadits ini sangat tegas menunjukkan haramnya musik, maka seandainyapun riwayat tadi shohih, maka sama sekali tidak bisa dibawa kepada apa yang dilakukan oleh orang-orang yang membolehkan musik saat ini yang mereka namakan dengan musik atau nasyid islami (?).
(Lihat masalah ini dengan terperinci para Tahrim Alat Thorb oleh Syaikh Al Albani juga tulisan akhuna Al Ustadz Abu Abdillah pada edisi … tahun …. Rubrik Tazkiyatun Nafs)
Kisah lain yang juga lemah
Dari Anas berkata :
Rosululloh datang ke kota Madinah, maka tatkala beliau sudah masuk kota, maka seluruh penduduk Madinah yang laki-laki maupun wanita berkata : Kemari wahai Rosululloh.” maka beliau bersabda : “Biarkan onta ini, karena dia sedang diperintah.” Ternyata unta tersebut berhenti di pintu rumahnya Abu Ayyub. Maka keluarlah wanita-wanita Bani Najjar sambil menabuh duff sambil bersenandung :
يا حبذا محمد من جار O نحن جوار من بني النجار
Kami adalah wanita-wanita Bani Najjar
Alangkah bagusnya bertetangga dengan Muhammad
Maka Rosululloh keluar menemui mereka dan bersabda : “Apakah kalian mencintaiku ?. mereka menjawab : “Benar, wahai Rosululloh.” Maka Rosululloh bersabda : “Demi Alloh, sayapun mencintai kalian. Demi Alloh sayapun mencintai kalian.”
Kisah ini diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah 2/508. beliau berkata : telah menghabarkan kepada saya Abul Hasan Ali bin Umar berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Abdillah Abdulloh bin Mukhollad Ad Dauri berkata : ” telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sulaiman berkata : ” telah menceritakan kepada kami Ibrohim bin Shirmah berkata : “telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id dari Ishaq bin Abdillah bin Abu Tholhah dari Anas berkata : ….”
Hadits lebih lemah dari yang sebelumnya, karena Ibrohim bin Shirmah adalah seorang pendusta.
Berkata Imam Adz Dzahabi : Ibrohim bin Shirmah al Anshori dari Yahya bin Sa’id dilemahkan oleh Daruquthni dan lainnya. Berkata Ibnu Adi : secara umum haditsnya munkar baik matan maupun sanadnya. Berkata Ibnu Ma’in : Dia pendusta yang keji.”.
.
E. Kisah yang sebenarnya
Setelah mengetahui kelemahan kisah diatas, maka secara wajar akan muncul sebuah pertanyaaan : Lalu bagaimana sebenarnya kejadian yang sebenarnya saat kedatangan Rosululloh di kota Madinah, apa yang dilakukan oleh penduduk Madinah saat itu ?
Tidak cukup tempat untuk memaparkan kejadian kisah hijroh Rosululloh yang penuh dengan ibroh, silahkan dilihat pada kitab-kitab para ulama’ yang terpercaya. Di antaranya lihatlah shohih Bukhori kitab Manaqib Anshor bab kedatangan Rosululloh dan para sahabatnya ke Madinah. Juga apa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bab haditsul hijroh, juga kitab-kitab siroh nabawiyyah yang shohih lainnya.”
Wallohu a’lam - mbok ya kalo mbicarakan Agama itu "Pake Dalil" apa itu Dalil??? ALQUR'AN dan ASSUNNAH kalao hanya berdasarkan AKAL SEMATA maka setiap orang akan berkata Apa yg dia Suka dari Mulutnya.., sama dgn anak kecil..
- Sebagai nasehat sesama umat Islam, di sini kami sampaikan di antara BAHAYA BICARA MASALAH AGAMA TANPA ILMU DAN TANPA DALIL (Dengan Akal Semata):
1.Hal itu merupakan perkara tertinggi yang diharamkan oleh Allah.
Alloh Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)” (Al-A’raf:33)
Syeikh Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baaz rohimahulloh berkata: “Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk perkara terbesar yang diharamkan oleh Allah, bahkan hal itu disebutkan lebih tinggi daripada kedudukan syirik. Karena di dalam ayat tersebut Alloh mengurutkan perkara-perkara yang diharamkan mulai yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
Dan berbicara tentang Alloh tanpa ilmu meliputi: berbicara (tanpa ilmu) tentang hukum-hukumNya, syari’atNya, dan agamaNya.
Termasuk berbicara tentang nama-namaNya dan sifat-sifatNya, yang hal ini lebih besar daripada berbicara (tanpa ilmu) tentang syari’atNya, dan agamaNya.” [Catatan kaki kitab At-Tanbihat Al-Lathifah ‘Ala Ma Ihtawat ‘alaihi Al-‘aqidah Al-Wasithiyah, hal: 34, tahqiq Syeikh Ali bin Hasan, penerbit:Dar Ibnil Qayyim]
2. Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk BERDUSTA atas (nama) Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلاَ تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلاَلٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا عَلَى اللهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لاَ يُفْلِحُونَ
Dan janganlah kamu mengatakan terhad apa apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (QS. An-Nahl (16): 116)
3.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan kesesatan dan menyesatkan orang lain.
Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hambaNya sekaligus, tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mematikan para ulama’. Sehingga ketika Allah tidak menyisakan seorang ‘alim-pun, orang-orang-pun mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu para pemimpin itu ditanya, kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka menjadi sesat dan menyesatkan orang lain. (HSR. Bukhari no:100, Muslim, dan lainnya)
Hadits ini menunjukkan bahwa “Barangsiapa tidak berilmu dan menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan tanpa ilmu, dan mengqias (membandingkan) dengan akalnya, sehingga mengharamkan apa yang Alloh halalkan dengan kebodohan, dan menghalalkan apa yang Allah haramkan dengan tanpa dia ketahui, maka inilah orang yang mengqias dengan akalnya, sehingga dia sesat dan menyesatkan. (Shahih Jami’il Ilmi Wa Fadhlihi, hal: 415, karya Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr, diringkas oleh Syeikh Abul Asybal Az-Zuhairi)
4.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mengikuti hawa-nafsu.
Imam Ali bin Abil ‘Izzi Al-Hanafi rohimahulloh berkata: “Barangsiapa berbicara tanpa ilmu, maka sesungguhnya dia hanyalah mengikuti hawa-nafsunya, dan Allah telah berfirman:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ
Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun (Al-Qashshash:50)” (Kitab Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, hal: 393) - 5.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mendahului Allah dan RasulNya.
Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمُُ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Hujuraat: 1)
Syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rohimahulloh berkata: “Ayat ini memuat adab terhadap Alloh dan RosulNya, juga pengagungan, penghormatan, dan pemuliaan kepadanya. Alloh telah memerintahkan kepada para hambaNya yang beriman, dengan konsekwensi keimanan terhadap Alloh dan RosulNya, yaitu: menjalankan perintah-perintah Alloh dan menjauhi larangan-laranganNya. Dan agar mereka selalu berjalan mengikuti perintah Alloh dan Sunnah RosulNya di dalam seluruh perkara mereka. Dan agar mereka tidak mendahului Alloh dan RosulNya, sehingga janganlah mereka berkata, sampai Alloh berkata, dan janganlah mereka memerintah, sampai Alloh memerintah”. (Taisir Karimir Rahman, surat Al-Hujurat:1)
6.Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu menanggung dosa-dosa orang-orang yang dia sesatkan.
Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu adalah orang sesat dan mengajak kepada kesesatan, oleh karena itu dia menanggung dosa-dosa orang-orang yang telah dia sesatkan. Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
Barangsiapa menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun. (HSR. Muslim no:2674, dari Abu Hurairah)
7.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu akan dimintai tanggung-jawab.
Alloh Ta’ala berfirman:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلاَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. Al-Isra’ : 36)
Setelah menyebutkan pendapat para Salaf tentang ayat ini, imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Kesimpulan penjelasan yang mereka sebutkan adalah: bahwa Alloh Ta’ala melarang berbicara tanpa ilmu, yaitu (berbicara) hanya dengan persangkaan yang merupakan perkiraan dan khayalan.” (Tafsir Al-Qur’anul Azhim, surat Al-Isra’:36)
8.Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan.
Syeikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami t menyatakan: “Fashal: Tentang Haramnya berbicara tentang Allah tanpa ilmu, dan haramnya berfatwa tentang agama Allah dengan apa yang menyelisihi nash-nash”. Kemudian beliau membawakan sejumlah ayat Al-Qur’an, di antaranya adalah firman Allah di bawah ini:
وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ اللهُ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. 5:44)
9.Berbicara agama tanpa ilmu menyelisihi jalan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rohimahulloh menyatakan di dalam aqidah Thahawiyahnya yang masyhur: “Dan kami berkata: “Wallahu A’lam (Allah Yang Mengetahui)”, terhadap perkara-perkara yang ilmunya samar bagi kami”. [Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, hal: 393]
10.Berbicara agama tanpa ilmu merupakan perintah syaithan.
Allah berfirman:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan kepada Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. 2:169)
Keterangan ini kami akhiri dengan nasehat: barangsiapa yang ingin bebicara masalah agama hendaklah dia belajar lebih dahulu. Kemudian hendaklah dia hanya berbicara berdasarkan ilmu. Wallohu a’lam bish showwab. Al-hamdulillah Rabbil ‘alamin.
Penulis: Ustadz Abu Isma’il Muslim Al-Atsari
Artikel: ustadzmuslim.com - Yang salah bukan Nabi, tp yang menafsirkan.
10 jam yang lalu · Suka
Sebelumnya ana mohon maaf...sebenarnya ana udah mulai gak tertarik dgn diskusi yg gak memasukkan kaidah ilmiah ini(baca: ngeyel terus)
Namun setelah membaca kalimat T tsb di atas,sedikit ana ingin mendapatkan ilmu dari siapa tahu membukakan cakrawala berpikir saya ttg musik...
berikut ini ana bertanya kpdnya ttg dalil...apa penafsirannya menurut anda ttg dalil2 berikut ini:
Pertama :
عن أبي مالك الأشعري قال : ليكونن من أمتي أقوام يستحلون الحر والحرير والخمر والمعازف
Dari Abu Malik al Asy’ari berkata : “Rosululloh bersabda : “Sungguh akan ada sekelompok dari umatku yang menganggap halal zina, sutra, khomer (minuman keras) dan alat musik.”
(HR. Bukhori : 5590)
Al Ma’azif adalah alat musik. Berkata Imam Ibnul Qoyyim : dia adalah semua alat musik, tidak ada perselisihan diantara para ulama’ bahasa mengenai arti ini.”
Kedua :
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : صوتان ملعونان في الدنيا والآخرة : مزمار عند نعمة ورنة عند مصيبة
Dari Anas bin Malik berkata : “Rosululloh bersabda : “Dua suara yang dilaknat didunia dan akhirat, yaitu bunyi seruling ketika mendapatkan nikmat dan rintihan ketika mendapatkan mushibah.”
(Shohih riwayat Al Bazzar dalam musnad beliau 1/377, Abu Bakr Asy Syafi’i 2.22, Dliya’ al Maqdsi 6/188)===========================================
BAGAIMANA CARA MENAFSIRKANNYA MENURUT ANDA
Ketiga :
عن عبد الله بن عباس رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن الله حرم علي الخمر والميسر والكوبة وكل مسكر حرام
Dari Abdulloh bin Abbas berkata : “Rosululloh bersabda : “Sesungguhnya Alloh mengharamkan kepadaku khomer, judi, gendang dan setiap yang memabukkan adalah harom.”
(Shohih riwayat Abu Dawud : 3696, Baihaqi 10/221, Ahmad 1/274, Abu Ya’la : 2729, Ibnu Hibban : 5341)=========================================
Keempat :
عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إن الله عز وجل حرم الخمر والميسر والكوبة والغبيراء وكل مسكر حرام
Dari Abdulloh bin Amr bin Ash bahwasannya Rosululloh bersabda : “Sesungguhnya Alloh mengharamkan khomer, judi, gendang, ghubairo’ (minuman memabukkan yang terbuat dari jagung) dan setiap yang memabukkan adalah harom.”
(Hadits hasan riwayat Abu Dawud : 3685, Thohawi 2/325, Baihaqi 10/221, Ahmad 2/157)
Kelima :
عن عمران بن حصين قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” يكون في أمتي قذف ومسخ وخسف ”
قيل : يا رسول الله ومتى ذاك ؟ قال : إذا ظهرت المعازف وكثرت القيان وشربت الخمور
Dari Imron bin Hushoin berkata : “Rosululloh bersabda : “Akan terjadi pelemparan pada ummatku, dirubahnya manusia menjadi bentuk lain dan gempa. Beliau ditanya : “Kapankah itu terjadi wahai Rosululloh ?.” beliau menjawab : “Jika alat musik telah semarak, banyaknya penyanyi dan khomer di tenggak.”
(Hadits hasan riwayat Tirmidzi : 2213, Ibnu Abid Dunya 1/2 , Abu Amr Ad Dani 1/39, Ibnu Najjar 18/251) - Maaf sebelumnya.., menimbang bahwa berbicara tentang Agama adalah merujuk kepada apa yang telah difirmankan oleh Alloh di dalam kitabNya, Al-Qur’anul Karim, dan disabdakan oleh RosulNya di dalam Sunnahnya. Oleh karena itulah termasuk kesalahan yang sangat berbahaya adalah berbicara masalah agama tanpa ilmu dari Alloh dan RosulNya.
Oleh Karena itu maka komen2 berikutnya yg tidak berdasarkan Ilmu Syar'i akan kami HAPUS tanpa kecuali.., harap maklum.. - karena dalil telah lengkap dan semua telah dijelaskan apa lagi yang kita ragukan? tentunya tidak ada jauhkan bisikan-bisikan shetan agar kita selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar