Sabtu, 29 Oktober 2011

Kedudukan Akal Didalam Islam


Rasulullah adalah seorang yang maksum yang terjaga dari kesalahan. Beliau tidak jarang menyampaikan berita yang ghaib yang diluar kemampuan akal manusia. Para shahabat ra. adalah generasi terbaik keimanannya sehingga mereka selalu bersikap mendengar dan taat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Namun digenerasi terakhir ini semakin banyak orang yang dijuluki ulama oleh pengikutnya sangat menjunjung tinggi kedudukan rasio, sehingga nash yang tidak masuk akal ditolaknya. Dimanakah posisi akal didalam Islam ? Insya Allah tulisan ini sedikit memberikan gambaran dalam perkara ini.



A. Beberapa atsar para Shahabat r.a. tentang pengutamaan nash (dalil) diatas rasio.
  1. Dari Ali bin Abi Thalib r.a., dia berkata : "Andaikata agama itu cukup dengan ra'yu (aka), maka bagian bawah khuf (alas kaki) lebih utama untuk diusap daripada bagian atasnya. Aku benar-benar melihat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengusap bagian atas khuf-nya." (HR. Abu Daud dengan sanad yang baik. Dalam Al-Talkhishul Habir, 1/160 Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Atsqalani berkata hadits ini shahih, dan juga telah disepakati Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam Shahihul Abu Daud, 1/33)
  2. Dari Umar bi Al-Khaththab r.a., dia berkata tatkala mencium Hajar Aswad:"Sesungguhnya aku tahu engkau hanya sekedar batu yang tidak bisa memberi madharat dan manfaat. Kalau tidak karena kulihat Rasulullah menciummu, tentu aku tidak akan menciummu."(HR. Bukhari dan Muslim)
  3. Dari Ibnu Umar r.a., dia berkata : "Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Janganlah kalian mencegah istri-istrimu (untuk mendatangi) masjid-masjid jika mereka meminta izin kepada kalian." Salim bin Abdullah berkata, "Lalu Bilal bin Abdullah berkata, 'Demi Allah, kami akan mencegah mereka'." Salim berkata, "Lalu Ibnu Umar menghampiri Abdullah dan mengolok-oloknya dengan olok-olokan yang amat buruk, yang tidak pernah kudengar sebelumnya seperti itu. Dia berkata, "Aku mengabarkan kepadamu dari Rasulullah, lalu engkau berkata,'Demi Allah, aku benar-benar akan mencegahnya ?'."(HR. Muslim)
  4. Dari Imran bin Hushain r.a., dia berkata : "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Malu itu adalah kebaikan seluruhnya." Lalu Busyair bin Ka'ab berkata, "Sesungguhnya di dalam sabda beliau ini terdapat kelemahan." Lalu Imran berkata, "Aku memberitahukan dari Rasulullah, lalu engkau datang untuk menentang ? Aku tidak akan memberitahukan satu hadits pun yang kuketahui."(HR. Bukhari dan Muslim)
  5. Dari Urwah bin Az-Zubair, bahwa dia berkata kepada Ibnu Abbas r.a.: "Engkau telah menyesatkan manusia.""Apa itu wahai Urayyah ?", tanya Ibnu Abbas.Urwah menjawab, "Engkau memerintahkan umrah pada sepuluh hari itu, padahal hari-hari itu tidak ada umrah."Ibnu Abbas bertanya, "Apakah engkau tidak bertanya mengenai masalah ini kepada ibumu ?"Urwah menjawab, "Sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak pernah melakukan hal itu."Ibnu Abbas berkata, "Inilah yang membuat kalian rusak. Demi Allah, aku tidak melihat melainkan hal ini akan membuat kalian tersiksa. Sesungguhnya aku beritahukan kepada kalian dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, namun kalian menjawab dengan diri Abu Bakar dan Umar."(HR Imam Ahmad dan Al-Khathib serta lainnya dengan sanad yang shahih)

Ibnul Qayyim berkata, "Semoga Allah merahmati Ibnu Abbas. Bagaimana andaikata dia tahu sekian banyak orang yang menentang firman Allah dan sabda Rasul-Nya dengan menggunakan perkataan Aristoteles, Plato, Ibnu Sina, Al-Faraby, Jahm bin Shafwan, Bisyr Al-Maraisy, Abul Huzail Al-Allaf, dan orang-orang yang sealiran dengan mereka ?"

Dapat kami katakan (Syaikh Ali Hasan), "Semoga Allah merahmati Ibnul Qayyim. Bagaimana jika dia tahu ada orang-orang rasionalis abad ke dua puluh, yang menentang Sunnah hanya dengan menggunakan rasionya yang serba terbatas, dengan gambaran-gambaran yang rusak dan dengan pendapat yang hina ?"

Wallaahu a'lam bishshawab.



(Diringkas dari kitab "Muslim Rasionalis" (Aqlaniyyun), karya Syaikh Ali Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Atsary – hafidhahullah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar