Oleh Ustadz Abu Mushlih
Bencana letusan Gunung Merapi baru saja menimpa sebagian bumi Yogyakarta. Luncuran awan panas telah menelan korban tewas dan luka-luka. Penduduk mengungsi demi menyelamatkan diri. Sementara itu, keadaan rumah, perabot dan ternak mereka sudah tidak jelas lagi.
Tentu saja musibah semacam ini menuntut kepedulian kaum muslimin untuk mendoakan kebaikan bagi saudara mereka yang tertimpa musibah dan berupaya untuk meringankan musibah yang dialami. Di sisi lain, ada sesuatu yang tidak kalah pentingnya bagi kita semua yaitu memetik pelajaran dari musibah yang telah melanda.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak akan diperoleh kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan, maka dia bersyukur. Maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia tertimpa kesusahan maka dia bersabar. Maka itu juga merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim). al-Hafizh Ibnu Hajarrahimahullah berkata, “Sesungguhnya Allah memiliki hak untuk diibadahi oleh hamba di saat tertimpa musibah, sebagaimana –Allah juga harus diibadahi- ketika dia mendapatkan kenikmatan.” (Fath al-Bari [11/344]).
Ibnu ‘Atha’ rahimahullah berkata, “Sabar adalah menyikapi musibah dengan adab/cara yang baik.” (al-Minhaj Syarh Shahih Muslim [3/7]). Abu Ali ad-Daqqaq rahimahullah berkata,“Hakekat sabar adalah tidak memprotes sesuatu yang sudah ditetapkan dalam takdir. Adapun menampakkan musibah yang menimpa selama bukan untuk berkeluh-kesah -kepada makhluk- maka hal itu tidak meniadakan kesabaran.” (al-Minhaj Syarh Shahih Muslim [3/7]). Sabar adalah menahan diri dari marah kepada Allah, menahan lisan agar tidak mengeluh dan murka kepada takdir, serta menahan anggota badan agar tidak melakukan perkara-perkara yang dilarang seperti menampar-nampar pipi, merobek-robek pakaian, dsb (lihat Hasyiyah Kitab at-Tauhid).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seseorang mendapatkan pemberian yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (HR. Bukhari dan Muslim). Sesungguhnya dengan adanya musibah, maka seorang hamba akan mendapatkan pengampunan dari Allah ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah ada suatu musibah yang menimpa seorang muslim melainkan Allah akan menghapuskan dosa dengannya sampai pun duri yang menusuk badannya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Sesungguhnya pahala yang besar itu bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka maka murka pula yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah [146]).
Namun, yang menjadi keprihatinan kita sekarang ini adalah tatkala musibah dunia ini juga dibumbui dengan musibah agama. Bukankah, kepercayaan mengenai adanya roh/jin penunggu Gunung Merapi yang menentukan keselamatan dan bahaya masih saja bercokol di tengah-tengah umat ini? Sehingga berbagai macam sesaji dan persembahan pun diberikan kepada Sang Penunggu Gunung Merapi agar ancaman bencana menjadi sirna. Namun, kenyataan telah membuktikan bahwa Gunung Merapi ini –dan alam semesta ini seluruhnya- memang hanya berada di bawah kekuasaan Allah Yang Maha Tinggi!
Sementara Allah tidak tidak ridha, bahkan murka sekali apabila diri-Nya dipersekutukan. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya, dan masih akan mengampuni dosa lain yang berada di bawah tingkatannya bagi siapa saja yang Dia kehendaki.” (QS. an-Nisaa’: 48). Apabila kita merasa sedih dengan nyawa dan harta yang pergi, tentunya kita lebih merasa sedih tatkala aqidah dan keimanan yang suci ini ternodai kemusyrikan yang akan menyeret pelakunya ke dalam siksa neraka yang abadi. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh Allah haramkan atasnya surga dan tempat kembalinya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim itu seorang penolong sama sekali.” (QS. al-Ma’idah: 72).
Semoga Allah ta’ala melimpahkan kesabaran kepada saudara-saudara kita yang sertimpa musibah, menambahkan keteguhan iman kepada mereka agar tidak goyah dan bersandar kepada selain-Nya, dan semoga Allah mencurahkan pahala dan ampunan atas musibah yang menimpa mereka. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
Sumber: http://abumushlih.com/merapi-meletus-kembali.html dan dipublikasikan oleh http://salafiyunpad.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar