Oleh Ustadz Muhammad Nur Ichwan Muslim hafizhahullah
Duhai…betapa indahnya persahabatan yang sejati, persahabatan yang langgeng, abadi hingga kelak menghadap Allah ta’ala. Namun teramat sulit hal itu, karena di dunia terlalu banyak persahabatan, atau bahkan persaudaraan semu karena berdiri di atas pondasi yang rapuh, tolok ukur yang keliru, tolok ukur berupa kepentingan-kepentingan duniawi, bahkan tidak sedikit persahabatan dan persaudaraan tersebut dibangun di atas pondasi kemaksiatan kepada Rabbul ‘alamin.
Allah ta’ala berfirman,
الأخِلاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلا الْمُتَّقِينَ (٦٧)
“Teman-teman akrab pada hari itu (hari kiamat) akan saling bermusuhan kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Az Zukhruf: 67).
Persahabatan yang dilandasi ketakwaan kepada Allah itulah persahabatan yang sejati, bukan persahabatan yang semu dilandasi atas dasar kesamaan kepentingan duniawi atau bahkan kemaksiatan.
Imam Ath Thabari rahimahullah mengatakan,
المتخالون يوم القيامة على معاصي الله في الدنيا بعضهم لبعض عدو يتبرأ بعضهم من بعض إلا الذين كانوا تخالوا فيها على تقوى الله
“Pada hari kiamat kelak, kalangan yang saling mencintai di atas dasar kemaksiatan kepada Allah ketika di dunia, akan saling saling bermusuhan. Mereka saling berlepas diri (enggan membantu teman mereka). (Mereka semua saling bermusuhan), kecuali mereka yang saling mencintai di atas dasar ketakwaan kepada Allah ta’ala. ”
Demikianlah, jika persahabatan tidak dibangun di atas ketakwaan…yang ada hanyalah persahabatan yang semu…tidak akan kekal.
Di antara ciri persahabatan sejati adalah tatkala diri kita memberanikan diri untuk menasehati saudara kita apabila dia melakukan kesalahan dan membantunya jika dia hendak berupaya untuk melakukan kebaikan. Ketahuilah…kita adalah sahabat yang buruk tatkala kita enggan meluruskan saudara kita ketika dia melakukan kesalahan. Kita malah diam, dengan dalih nasehat dikhawatirkan akan meretak jalinan persabahatan yang selama ini dibangun.
Jika diri kita demikian adanya, perlu kiranya kita menyimak sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وإذا وعدت صاحبك فأنجز له ما وعدته؛ فإن لا تفعل يورث بينك وبينه عداوة، وتعوذ بالله من صاحب إن ذكرت لم يُعِنْكَ، وإن نسيتَ لم يُذكرك
Jika engkau berjanji pada temanmu maka penuhilah janji tersebut padanya. Jika tidak, maka hal itu akan melahirkan permusuhan di antara kalian. Berlindunglah kepada Allah dari teman yang jelek, yaitu teman yang tidak membantumu ketika engkau teringat untuk melakukan kebaikan dan ia tidak mengingatkanmu (menegurmu) ketika engkau lupa mengamalkan kebaikan (berbuat kemaksiatan).”
Semoga saya dan diri anda termasuk ke dalam kalangan yang saling mencintai karena Allah, kita saling mencinta dalam rangka takwa kepada-Nya.
Semoga saya dan diri anda termasuk orang-orang yang memiliki karakter seperti karakter pria yang disebutkan dalam hadits berikut,
أَنَّ رَجُلاً زَارَ أَخًا لَهُ فِى قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِى فِى هَذِهِ الْقَرْيَةِ. قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا قَالَ لاَ غَيْرَ أَنِّى أَحْبَبْتُهُ فِى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ. قَالَ فَإِنِّى رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ
“Seorang pria mengunjungi sahabatnya yang berada di kota lain. Allah pun mengutus seorang malaikat untuk mengawasi jalan yang akan dilaluinya. Ketika mereka bertemu, malaikat pun bertanya kepada pria itu, “Kemana tujuanmu?” Pria tadi menjawab, “Saya hendak mengunjungi seorang sahabat di kota ini.” Malaikat kembali bertanya, “Apakah engkau mengunjunginya karena ada keperluan yang hendak engkau tunaikan?” “Tidak, saya mengunjunginya tidak lain karena saya mencintainya karena Allah ‘azza wa jalla” jawab pria tersebut. Maka malaikat pun berkata, “Sesungguhnya saya adalah malaikat Allah yang diutus kepadamu untuk memberitakan bahwa sesungguhnya Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena-Nya.”
Gedong Kuning, Yogyakarta, 10 Rabi’uts Tsani 1431.
catatan : buat sahabat kecilku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar