Rabu, 26 Oktober 2011

Tauhid Yang Paling Utama

Tanpa diragukan lagi bahwa tauhid adalah hal yang paling penting yang harus diperhatikan bagi seorang hamba yang menginginkan kebahagian hidup di dunia dan di akhirat, karena tauhid adalah hak Alloh Ta’ala yang wajib ditunaikan hamba. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bertanya pada Mu’adz bin Jabal, “Wahai Mu’adz apakah hak Alloh atas hambaNya?” kemudian berkata Mu’adz, “Alloh dan RosulNya yang lebih mengetahui”, lalu Rosululloh menyatakan bahwa “Hak Alloh atas hamba adalah seorang hamba beribadah hanya kepadaNya dan tidak menyekutukannya (dalam beribadah) dengan sesuatu apapun.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Tauhid itupula yang menjadi tujuan penciptaan hamba, sebagaimana firman-Nya,

“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali hanyalah untuk beribadah kepadaku saja.” (Adz-Dzariyat: 56). Seorang hamba memang sudah seharusnya mempelajari tauhid, memahaminya, dan mengamalkan konsekuensinya. Berikut ini akan disebutkan tentang beberapa keutamaan tauhid selain yang telah di sebutkan di atas.

Selamat dari Siksa Neraka

Setiap muslim tentu mengharapkan keselamatan dari siksa neraka yang amat mengerikan dan dia sangat berharap untuk dimasukan ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan tiada tara yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terbetik dalam pikiran. Kenikmatannya yang paling ringan adalah 10 kali lipat dari kenikmatan dunia ini. Maka orang yang menginginkan kenikmatan tersebut dan terhindar dari kesengsaraan wajib untuk bertauhid. Rosululloh bersabda, “Sesungguhnya Alloh mengharamkan Neraka dimasuki oleh orang yang berkata: ‘Laa ilaha illalloh’ (Tiada sesembahan yang hak selain Alloh), dengan ikhlash dari hatinya dan mengharapkan (pahala meIihat) Wajah Alloh.” (HR. Bukhori dan Muslim )

Pengharaman yang dimaksud dalam hadits di atas mengandung dua makna. Makna pertama: Ia tidak masuk neraka sama sekali, hal ini berlaku bagi orang yang dapat merealisasikan tauhidnya dengan benar-benar terbebas dari syirik baik besar atau kecilnya, bebas dari perkara bid’ah dan kemaksiatan. Termasuk di dalamnya yaitu mereka yang diampuni dosanya oleh Alloh dan tidak diadzab di neraka. Makna kedua adalah ia tidak kekal di neraka untuk selama-lamanya, karena menurut aqidah yang benar seseorang yang dihatinya masih ada keimanan kalau masuk neraka maka ia tidak akan kekal di dalam neraka. Perlu diperhatikan pula bahwa lafazh “berkata” dalam hadits ini tidaklah sebatas di bibir akan tetapi disertai dengan keyakinan hati dan ia mengamalkan konsekuensi apa yang ia katakan.

Dihapuskannya Dosa

At-Tirmidzi meriwayatkan hadits, yang dinyatakan hasan, dari Anas rodhiyallo anhu: Aku mendengar Rosullullah sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Alloh Ta’ala berfirman: ‘Hai anak Adam, seandainya kamu datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh jagad, sedangkan kamu ketika mati berada dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan kepadamu ampunan sepenuh jagad pula’.”

Akan tetapi barang siapa yang berbuat syirik maka dosanya tidak akan diampuni selama-lamanya dan akan kekal di dalam neraka, Sebagaimana firman Alloh Ta’ala:

“Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang lebih rendah dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Alloh, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An-Nisa’: 48)

Mendapatkan Ketentraman dan Keamanan

Alloh Ta’ala berfirman,

“Orang-orang yang beriman dan tidak menodai iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat ketenteraman dan mereka itu adalah orang-orang yang menepati jalan hidayah.” (Al-An’ am: 82)

Kezholiman yang dimaksudkan pada ayat tersebut adalah syirik sebagaimana hadits yang dikeluarkan oleh Imam bukhori di dallam kitab Shohihnya dari Abdulloh bin Mas’ud. Para sahabat ketika turunnya ayat ini merasa berat, kemudian mengadukan pada Rosululloh, “Ya Rosululloh, siapakah diantara kami yang tidak menzholimi dirinya.” Kemudian Rosululloh bersabda, “Tidak seperti yang kalian sangka, sesungguhnya kezholiman tersebut adalah syirik, tidakkah kalian mengetahui perkataan Luqman kepada anaknya ‘Wahai anakku janganlah kamu berbuat syirik, karena kesyirikan itu adalah kezholiman yang besar’.” (Luqman: 32). Kesyirikan dinamakan kezholiman karena ia telah meletakkan hak Alloh tidak pada tempatnya dengan menjadikan tandingan pada Alloh di dalam beribadah. Dan setiap perbuatan yang tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya dinamakan zholim.

Keamanan yang diperoleh oleh ahli tauhid mencakup keamanan hidup di dunia dengan diberikan ketenangan jiwa dan dihindarkan dari kesedihan hidup di dunia serta kemananan di akhirat dengan diselamatkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surga.

Tauhid Merupakan Tujuan Pengutusan Para Nabi dan Rosul

Dasar tujuan pengutusan semua nabi dan rosul adalah sama yaitu agar ia mengesakan (mentauhidkan) Alloh dalam beribadah padaNya. Alloh telah berfirman di dalam kitab-Nya yang mulia, 

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Alloh (saja), dan jauhilah Thoghut’, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Alloh dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rosul-rosul).” (An-Nahl: 36)

Maka sudah menjadi kewajiban bagi para para da’i yang mengaku ittiba’ (ta’at) untuk mengikuti Rosululloh di dalam segala hal, termasuk dalam berdakwah. Kalau sholat, puasa, haji harus sesuai dengan contoh dari nabi tapi sebagian kaum muslim yang mengaku ittiba’ pada nabi metode dalam berdakwah tidak menggunakan cara yang dituntunkan oleh Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam. Alloh telah menjelaskan bahwa dakwah yang pertama kali diserukan kepada manusia adalah masalah tauhid agar ia terbebas dari belenggu kegelapan syirik yang akan menghantarkan dirinya kepada kegelapan abadi pada hari kiamat.

Tauhid Mencegah Seseorang Masuk ke Dalam Neraka

Seorang yang bertauhid akan tercegah untuk masuk neraka secara mutlak apabila tauhid ini sempurna dalam hatinya. Dalam hadits ‘Itban Nabi bersabda, “…Sesungguhnya Alloh mengharamkan neraka bagi seseorang yang mengucapkan laa ilaha illalloh karena mencari (pahala melihat) wajah Alloh.” (HR. Bukhori Muslim) Tauhid juga mencegah kekekalan sesorang di dalam neraka selama dalam hatinya masih ada iman walaupun sebesar biji sawi. (Lihat Shahih Bukhari, Kitabut Tauhid)

Mendapat Syafa’at Nabi di Hari Kiamat Kelak

Orang yang paling gembira dengan syafaat Nabi ialah “…barangsiapa yang mengucapkan tiada sesembahan yang haq melainkan Alloh ikhlash dari dalam hatinya atau jiwanya.” (HR. Bukhori). Semoga Alloh senantiasa memberikan taufik pada kita semua untuk mempelajari agama Islam dengan lurus sesuai dengan tuntunan Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa salam. Wallohu a’lam.

Penulis: Abu Abdillah Rudi Al Masarani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar