Selasa, 01 November 2011

Beriman kepada Risalah Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam

Orang Muslim beriman bahwa Nabi yang ummi (buta huruf) Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib Al-Hasyimi Al-Qurasyi Al-Arabi yang berasal dari keturunan Nabi Ismail bin Ibrahim kekasih Allah, adalah hamba Allah Ta’ala dan Rasul-Nya yang diutus kepada seluruh manusia. Kenabiannya menutup seluruh kenabian, dan risalahnya menutup semua risalah. Tidak ada nabi dan rasul sesudah beliau.

Allah Ta’ala menyokong beliau dengan mukjizat-mukjizat, dan melebihkannya atas semua para nabi, sebagaimana Dia melebihkan umatnya atas semua umat. Allah Ta’ala mewajibkan mencintai beliau, mentaati beliau, dan mengikuti beliau. Allah Ta’ala mengkhususkan beliau dengan kekhususan yang tidak diberikan kepada siapa pun, seperti Al-Wasilah, surga Al-Kautsar, telaga di surga dan kedudukan yang tinggi. Orang Muslim menyakini itu semua karena dalil-dalil wahyu dan dalil-dalil akal.


Dalil-Dalil Wahyu

Kesaksian Allah Ta’ala dan para malaikat terhadap wahyu yang diterima Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam., Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya), “(Mereka itu mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu), tetapi Allah mengakui Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkan dengan ilmu-Nya dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi. Cukuplah Allah yang mengakuinya.” (An-Nisa’: 166).
Penjelasan Allah Ta’ala tentang keumuman risalah Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam., kenabian ditutup dengan beliau, kewajiban taat kepada beliau, kewajiban mencintai beliau, dan keberadaan beliau sebagai penutup para nabi dalam firman-firman-Nya, diantaranya adalah firman-firman-Nya berikut ini.
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepada kalian dengan (membawa) kebenaran dari Tuhan kalian, maka berimanlah kalian, itulah yang lebih baik bagi kalian.” (An-Nisa’: 170).

“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami, menjelaskan kepada kalian ketika terputus (peringatan) rasul-rasul, agar kalian tidak berkata, ‘Tidak datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan.’ Sesungguhnya telah datang kepada kalian pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Al-Maidah: 19).
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melaikan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya’: 107).

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada merka, mencusikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesata yang nyata.” (Al-Jumu’ah: 2).
“Muhammad adalah utusan Allah.” (Al-Fath:29)
“Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”(Al-Furqan: 1).
“Muhammad sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Ahzab: 40).

“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan.” (Al-Qamar: 1).
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar.” (Al-Kautsar: 1).
“Dan kelak Tuhanmu pasti memeberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi ridha.” (Adh-Dhuha: 5)

“Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kam ke tempat yang terpuji.” (Al-Isra’: 79)
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya).”(An-Nisa': 59)
“Katakanlah, 'Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, istri-istri kalian, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatir kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya'. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (At-Taubah: 24)

“Kalian umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (Ali Imran: 110)
“Dan demikian Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian.” (Al-Baqarah: 143)

“Katakanlah, ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian’.” (Ali Imran: 31)

Penjelasan Rasulullah saw. tentang kenabiannya, penutupan semua kenabian dengan kenabiannya, kewajiban taat kepadanya, dan keumuman risalah dalam hadits-hadits dan sabda-sabdanya, di antara sabda-sabdanya adalah sebagai berikut ini :

“Aku nabi yang tidak berdusta, dan aku anak Abdul Muththalib.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim )
“Sesungguhnya aku hamba Allah, dan penutup para nabi. Sesungguhnya Adam dilemparkan ke dalam tanahnya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari, Ahmad, dan Ibnu Hibban yang menshahihkannya)

“Perumpamaanku, dan perumpamaan nabi-nabi sebelumku adalah seperti orang yang membangun rumah, dan mempercantiknya kecuali tempat satu batu bata. Orang-orang mengelilingi rumah tersebut merasa takjub padanya dan berkata, ‘Ah, seandainya batu bata telah diletakkan di sini’. Akulah batu bata tersebut, dan penutup para nabi.” (Muttafaq Alaih)

“Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, salah seorang dari kalian tidak beriman hingga aku lebih ia cintai daripada anaknya, ayahnya, dan seluruh manusia.” (Diriwayatkan Al-Bukhari)
“Semua dari kalian masuk surga kecuali orang yang tidak mau.” Para sahabat bertanya, “Siapa yang tidak mau masuk surga, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa taat kepadaku, ia masuk surga.” (Diriwayatkan Al-Bukhari)
“Sesungguhnya risalah dan kenabian telah terputus. Oleh karena itu, tidak ada rasul dan nabi sesudahku.” (Diriwayatkan Ahmad dan At-Tirmidzi yang menshahihkannya)
“Aku dilebihkan di atas para nabi dengan enam hal: aku diberi kalimat yang padat makna, aku ditolong dengan ketakutan (yang dimasukkan ke pihak musuh), rampasan perang dihalalkan bagiku, tanah dijadikan sebagai masjid dan tempat suci bagiku, aku diutus kepada semua manusia, dan para nabi ditutup dengan aku.” (Diriwayatkan Muslim dan At-Tirmidzi).

“Barang siapa taat kepadaku, ia taat kepada Allah. Barang siapa bermaksiaat kepadaku, ia bermaksiat kepada Allah. Barang siapa taat kepada gubenurku, ia taat kepadaku. Dan barang siapa bermaksiat kepadaa gubenurku, ia bermaksiat kepadaku.” (Diriwayatkan Al-Bukhari)
“Sesungguhnya surga diharamkan kepada seluruh nabi hingga aku memasukinya, dan surga diharamkan kepada umat-umat hingga dimasuki umatku.” (Diriwayatkan Ad-Daruquthi. Hadits ini mempunyai banyak sekali jalur yang menjadikannya sebagai hadits hasan).

“Jika hari kiamat terjadi, aku imam para nabi, khatib mereka, dan pemilik syafaat mereka. Tidak ada kesombongan dalam hal ini.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
“Saya penghulu anak keturunan Adam, orang yang pertama kali terbelah kuburnya pada hari kiamat, orang yang pertama kali memberi syafaat, dan orang-orang yang pertama kali diberi syafaat.” (Diriwayatkan Muslim).
Kesaksian Taurat, dan kesaksian Injil tentang pengutusan Rasulullah saw., risalah beliau, kenabian beliau, dan pemberian berita gembira oleh Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s. tentang kedatangan beliau. Allah Ta’ala berfirman mengisahkan tentang ucapan Nabi Isa a.s.
“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, 'Hai Bani Israel, sesungguhnya aku utusan Allah kepada kalian, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)’.” (Ash-Shaff: 6)
“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.”(Al-A’raaf: 157).

Disebutkan dalam Kitab Taurat: “Aku akan mengutus untuk mereka seorang nabi sepertimu dari kalangan saudara-saudara mereka, dan Aku jadikan firman-Ku di mulutnya. Ia berbicara kepada mereka dengan segala sesuatu yang Aku perintahkan kepadanya. Barang siapa tidak mentaatinya ucapannya yang ia ucapkan dengan nama-Ku, Aku akan menghukumnya.”
Berita gembira yang ada pada Taurat sekarang ikut bersaksi atas kenabian Rasulullah saw., risalah beliau, kewajiban mengikuti beliau, dan keharusan taat kepada beliau adalah hujjah bagi orang-orang Yahudi, kendati mereka menafsirkannya aneh-aneh, dan memungkirinya. Firman Allah Ta’ala, “Aku akan mengutus untuk mereka seorang nabi sepertimu.” Itu bersaksi tanpa ragu atas kenabian Rasulullah saw., dan risalah beliau. Sebab, obyek bicara pada firman di atas adalah Nabi Musa a.s. yang merupakan nabi dan rasul. Barang siapa seperti Nabi Musa, maka ia seorang nabi dan seorang rasul. Firman Allah Ta’ala, “dari kalangan saudara-saudara mereka,” secara tegas menyatakan, bahwa orang yang dimaksud ialah Nabi Muhammad saw., karena beliau orang yang membaca firman Allah, dan menghafalnya yang tidak lain adalah Al-Qur’an. Firman Allah Ta’ala, “ia berbicara kepada mereka dengan segala sesuatu yang Aku perintahkan kepadanya,” juga menjadi saksi atas kenabian Nabi kita Muhammad saw., sebab beliau berbicara masalah ghaib yang tidak pernah dibicarakan nabi selain beliau, dan karena beliau menceritakan apa yang terjadi pada masa lalu, dan apa yang akan terjadi hingga hari kiamat.

Disebutkan dalam kitab Taurat seperti berikut, “Hai nabi, sesungguhnya Aku mengutusmu sebagai pemberi khabar gembira, permberi peringatan, dan pelindung bagi orang-orang ummi. Engkau hamba-Ku, dan rasul-Ku. Engkau Aku beri nama Al-Mutawakkil yang tidak berperilaku kasar, tidak berkarakter keras, tidak berteriak-teriak di pasar, dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, namun memaafkan, bermurah hati, dan memberi ampun. Allah tidak akan mencabut nyawanya hinga dengannya Dia meluruskan agama yang bengkok, agar manusia berkata. ‘Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.’ Dengannya, Allah membuka mata yang buta, telinga yang tuli, dan hati yang tertutup.” (Diriwayatkan Al-Bukhari).

Juga disebutkan dalam Taurat, “Mereka menyerangku dengan selain Allah, dan membuatku marah dengan sesembahan-sesembahan mereka yang batil. Dan aku akan menyerang mereka dengan bangsa lain, dan memarahi mereka dengan bangsa jahiliyah.” Ucapan Nabi Musa Alaihis-Salam, “dan memarahi mereka dengan bangsa jahiliyah,” menyatakan, bahwa bangsa jahiliyah yang dimaksud ialah bangsa Arab. Sebab, bangsa tersebut jahiliyah sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw. menjadi nabi dan rasul. Bahkan, orang-orang Yahudi sendiri menamakan orang-orang Arab sebagai orang-orang ummi (buta huruf) seperti terlihat pada ucapan Nabi Musa a.s. di Kitab Taurat, “pedang selalu berasal dari Yahuda, dan pemimpin dari anak keturunannya, hingga datanglah orang yang memiliki segala hal dan ditunggu-tunggu semua umat.” Orang yang ditunggu-tunggu semua umat tidak lain adalah Nabi Muhammad saw., terutama orang-orang Yahudi yang paling serius menunggu kedatangannya dengan pengakuan-pengakuan mereka. Namun, dengki mengharamkan mereka beriman kepada Rasulullah saw. dan menghalangi mereka mengikuti beliau. Allah Ta’ala berfirman,“Padahal sebelumnya mereka memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah atas orang-orang yang ingkar itu.” (Al-Baqarah: 89).

Di Injil juga disebutkan banyak sekali berita gembira, di antaranya adalah sebagai berikut :
“Pada hari-hari itu, datanglah Yohannes Al-Ma’madan yang membawa berita gembira kedatangan nabi baru kepada orang-orang Yahudi sambil berkata kepada mereka, ‘Bertaubatlah kalian, karena telah dekat kerajaan langit’.” Yang dimaksud dengan kerajaan langit ialah isyarat tentang kedatangan Nabi Muhammad saw., dan isyarat telah dekat kenabiannya, karena beliau berkuasa dan memutuskan berdasarkan hukum dan langit.

Selain itu, Yohannes Al-Ma’madan membuat perumpamaan bagi orang-orang Yahudi dengan berkata kepada mereka, “Kerajaan langit itu mirip dengan biji sawi yang diambil seseorang, kemudian menanamnya di kebunnya. Biji sawi adalah biji yang paling kecil, namun jika telah berkembang, maka menjadi sayuran yang paling besar.” Perumpamaan di Injil tersebut adalah perumpamaan yang sama yang disebutkan Al-Qur’an Al-Karim ketika Allah Ta’ala berfirman, “dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya. Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir.” (Al-Fath: 29). Yang dimaksud dengan tanaman tersebut ialah Rasulullah saw., dan sahabat-sahabatnya.

“Aku pergi, karena jika aku tidak pergi, maka Barqalith (orang terpuji) tidak datang kepada kalian. Jika aku telah pergi, maka aku kirim dia kepada kalian. Jika dia telah datang, dia memarahi dunia karena kesalahannya.” Bukankah kalimat di Injil tersebut secara tegas memberi kabar gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad saw.? Siapa yang dimaksud dengan Barqalith (orang terpuji) kalau tidak Nabi Muhammad saw.? Siapa yang memarahi dunia karena kesalahannya kalau tidak Nabi Muhammad saw.? Sebab, ketika beliau diutus, ketika itu dunia berenang di samudera kerusakan dan kejahatan, dan berhalaisme memasang tali temalinya bahkan kepada Ahli Kitab. Siapakah yang datang setelah pengangkatan Nabi Isa a.s. kemudian berdakwah kepada Allah Ta’ala, Tuhan langit dan bumi kalau tidak Muhammad saw.?


Dalil-Dalil Akal

Apa susahnya Allah Ta’ala mengutus Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam. sebagai rasul, padahal sebelumnya Dia telah mengutus utusan rasul, dan ribuan nabi? Jika hal tersebut tidak mustahil menurut akal, dan syariat, maka apa alasannya risalahnya diingkari, dan risalahnya kepada seluruh manusia itu ditolak?
Kondisi yang mengiringi diutusnya Rasulullah saw. menghendaki adanya risalah langit dan seorang rasul yang memperbaharui pemahaman manusia terhadap Pencipta mereka, Allah Azza wa Jalla.

Penyebaran Islam dengan cepat ke seluruh belahan dunia, penerimaan manusia terhadapnya, dan pemilihan mereka terhadapnya daripada agama-agama lainnya adalah bukti kebenaran kenabian Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam.
Kebenaran prinsip-prinsip yang dibawa Rasulullah saw., kejujuran prinsip-prinsip tersebut, relevansinya, hasilnya yang baik dan berkah itu bersaksi bahwa prinsip-prinsip tersebut berasal dari Allah Ta’ala, dan pembawanya ialah nabi dan rasul Allah Ta’ala.
Terjadinya berbagai mukjizat, dan kejadian-kejadian luar biasa dari tangan Rasulullah saw. Itu mustahil menurut akal, terjadi pada selain nabi dan rasul. Inilah sebagian mukjizat Rasulullah seperti dinyatakan dalam hadits shahih yang mirip dengan hadits mutawatir yang tidak didustakan kecuali oleh orang yang lemah akalnya, atau bahkan tidak mempunyai akal, yaitu:

Terbelahnya bulan untuk Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam Al-Walid bin Al-Mughirah, dan orang-orang kafir Quraisy lainnya meminta mukjizat dari beliau yang menunjukkan kebenaran beliau dalam pengakuan beliau sebagai nabi dan rasul. Kemudian bulan terbelah menjadi dua bagian untuk beliau. Satu bagian di atas gunung dan satu bagian lainnya di bawah gunung. Rasulullah saw. bersabda kepada orang-orang kafir Quraisy. “Lihatlah.” Sebagian orang-orang kafir Quraisy berkata, aku lihat bulan di antara dua celah gunung Abu Qabais.” Orang-orang kafir Quraisy bertanya kepada penduduk negeri lain, apakah mereka melihat terbelahnya bulan? Mereka memberi tahu orang-orang kafir Quraisy apa yang mereka lihat. Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, ‘(Ini adalah) sihir yang terus menerus.’ Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya.” (Al-Qamar: 1-3)

Mata Qatadah r.a. terluka pada Perang Uhud hingga jatuh dari kelopaknya, Rasulullah saw. memasukkannya kembali, dan menjadi lebih indah dari sebelumnya.
Kedua mata Ali bin Abu Thalib r.a. sakit pada Perang Khaibar, kemudian Rasulullah saw. meniupnya, lalu sembuh seperti tidak pernah sakit sebelumnya.
Betis Ibnu Al-Hakam r.a. putus pada Perang Badar, kemudian Rasulullah saw. meniupnya, lalu sembuh seketika tanpa meresakan sakit sedikit pun.
Pohon dibuat berbicara kepada Rasulullah saw. Kisahnya, orang Arab dusun mendekat kepada beliau, kemudian beliau bersabda kepada orang Arab Dusun tersebut, “Hai orang Arab dusun, engkau akan pergi ke mana?” Orang Arab dusun tersebut menjawab, “Pulang ke rumah.” Rasulullah saw. bersabda, “Apakah engkai ingin kebaikan?” Orang Arab dusun tersebut berkata, “Kebaikan apa?” Rasulullah saw. bersabda, “Engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Rasul-Nya.” Orang Arab dusun tersebut berkata, “Siapa yang menjadi saksi atas apa yang engkau katakan?” Rasulullah saw.bersabda, “Pohon ini.” Beliau bersabda begitu sambil menunjuk ke arah salah satu pohon di tepi lembah. Kemudian pohon tersebut berjalan hingga berdiri di depan beliau. Beliau meminta pohon tersebut bersaksi hingga tiga kali, dan pohon tersebut pun bersaksi seperti sabda Rasulullah saw.

Ratapan batang pohon kurma kepada Rasulullah saw., dan tangisannya dengan suara keras yang bisa didengar seluruh orang yang berada di masjid beliau. Itu terjadi setelah Rasulullah saw. meninggalkannya. Sebelumnya Rasulullah saw. berkhutbah di atas batang tersebut sebagai mimbar beliau. Ketika beliau telah dibuatkan mimbar, dan tidak naik lagi ke atas batang kurma tersebut, batang tersebut meratap menangis dan rindu kepada Rasulullah saw. Suara tangisnya seperti tangis unta yang hamil sepuluh bulan. Batang pohon kurma tersebut tidak berhenti menangis hingga Rasulullah saw. datang padanya, dan meletakkan tangannya yang mulia di atasnya. Ia pun berhenti menangis.

Doa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam akan tercabik-cabiknya kerajaan Kisra, kemudian kerajaan Kisra pun tercabik-cabik.
Doa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam untuk Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma semoga ia menjadi orang yang faqih dalam agama ini. Hasilnya, Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma menjadi ulama umat ini.
Makanan menjadi banyak karena doa Rasulullah saw., hingga dua mud gandum bisa dimakan lebih dari delapan puluh orang.
Air menjadi banyak karena doa Rasulullah saw. Di Hudaibiyah, para salabat kehausan. Sedang, di depan Rasulullah saw. terdapat timba kecil tempat beliau berwudhu. Para sahabat datang ke tempat beliau, dan berkata, “Kita tidak mempunyai air, kecuali air yang ada di timba kecilmu.” Kemudian Rasulullah saw. meletakkan tangannya di timba kecil tersebut, dan air pun mengucur dari kedua tangannya seperti mata air. Kemudian para sahabat minum dan berwudhu dari air tersebut. Padahal, mereka berjumlah seribu lima ratus orang.
Isra’ dan Mi’raj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, kemudian ke langit yang tinggi hingga tiba di Sidratul Muntaha, kemudian kembali ke ranjangnya tanpa merasakan kedinginan.

Al-Quran Al-Karim, yaitu Kitab yang di dalamnya terdapat informasi orang-orang sebelum kita, informasi orang-orang sesudah kita, keputusan masalah yang terjadi pada kita, petunjuk dan cahaya. Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dan bukti kenabiannya yang abadi sepanjang zaman, agar Al-Qur’an menjadi dalil pasti akan kebenaran kenabian Rasulullah saw., dan menjadi hujjah yang kuat bagi manusia, hingga Allah Ta’ala mewarisi bumi.

Jadi, Al-Qur’an Al-Karim adalah mukjizat teragung yang dianugerahkan kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dan keterangan terbesar yang diberikan kepada beliau. Tentang Al-Qur’an ini Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah salah seorang dari para nabi, melainkan ia diberi apa yang seperti ayat-ayat yang diimani manusia. Namun yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan Allah kepadaku. Aku berharap menjadi nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat.”

(Sebagian besar mukjizat Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam disebutkan di Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim. Mukjizat-mukjizat yang tidak disebutkan di keduanya disebutkan dalam sunnah yang benar).

Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 35-46.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar