Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Luar biasa, masjid-masjid penuh, sampai sebagian jamaah terpaksa sholat di pelataran atau serambi masjid.
Suatu pemandangan yang sangat menyejukkan pandangan setiap muslim.
Masyarakat begitu antusias mengikuti setiap rangkaian shalat tarawih, dan saya yakin andapun tidak ketinggalan, bukankah demikian?
Begitu semarak, antusias dan sholat tarawih dilaksanakan dengan begitu khidmatnya.
Sungguh mengharukan.
Saya ingin bertanya kepada anda: Mengapa anda kok begitu antusias mengikuti shalat tarawih? Apa sih untungnya dan apa sih yang anda harapkan darinya?
Saya yakin jawabannya hanya ada satu, yaitu yang tersurat pada hadits berikut:
(مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ) رواه مسلم
“Barang siapa yang mendirikan sholat qiyam (tarawih) pada malam ramadhan karena dorongan iman dan mengharap balasan hanya dari Allah, niscaya Allah mengampuni seluruh dosa-dosanya yang telah lampau.” Riwayat Muslim
Benar-benar tidak salah bila anda dan juga masyarakat begitu antusias mendirikan sholat tarawih.
Bukankah ini harapan anda dari mendirikan sholat tarawih berjamaah di masjid? Semoga anda berhasil menggapainya.
Akan tetapi, coba anda berusaha mengingat-ingat kembali suasana masjid di sekitar tempat anda tinggal, pada saat sholat lima waktu, di selain bulan ramadhan.
Berapa shaf/bariskan yang mendirikan sholat lima waktu berjama’ah di masjid-masjid itu?
Mungkin hanya 2 shaf, atau bahkan hanya muazzin dan imamnya saja, atau bahkan wal iyyazubillah azan saja tidak terdengar dikumandangkan.
Saudaraku! menurut anda, apa bedanya sholat tarawih dengan sholat fadhu di selain bulan ramadhan?
Kemanakah umat Islam yang selama bulan ramadhan meramaikan masjid-masjid anda? Mungkinkah mereka telah berhijrah ke negri lain? Atau mungkinkah mereka tidak mendengar seruan azan? Ataukah mereka kawatir akan dikenakan pungutan atau membayar sewa bila mendirikan sholat di masjid?
Saudaraku! Kemanakah ayahanda, kakanda, putra-putra anda? Apa mereka juga telah turut berhijrah atau telah berpindah rumah jauh dari lokasi masjid?
Mungkin anda berkata: Ah, sholat berjamaah kan hukumnya sunnah, ah saya masih lelah dari bekerja, dan alasan serupa.
Saudaraku! Kemanakah semua alasan ini di bulan ramadhan? Bukankah alasan ini lebih tepat bila anda utarakan tentang sholat tarawih yang hukumnya sunnah, dan berjamaahnyapun sunnah. Andai mereka sholat tarawih atau qiyamul lail dirumah masing-masing di akhir malam tentu itulah yang lebih bagus dan utama.
وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ قَارِئِهِمْ ، قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ ، وَالَّتِى يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنَ الَّتِى يَقُومُونَ. رواه البخاري
“Sebaik-baik amalan baru ialah ini, dan (sholat) yang mereka lakukan setelah sebelumnya tidur terlebih dahulu, lebih baik dari yang mereka lakukan sekarang.” Riwayat Al Bukhari
Adapun shalat lima waktu, maka coba bandingkan diri anda dengan sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dikisahkan pada riwayat berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله تعالى عنه قَالَ: (جَاءَ أَعْمَى إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: إِنَّهُ لَيْسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إِلَى الصَّلَاةِ فَسَأَلَهُ أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ أَنْ يُصَلِّيَ فِي بَيْتِهِ فَأَذِنَ لَهُ فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ قَالَ لَهُ أَتَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَأَجِبْ) رواه أحمد والنسائي وغيرهما
“Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menuturkan: “Pada suatu hari seorang tuna netra datang menjumpai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengeluhkan keadaannya dengan berkata: Sesungguhnya aku tidak memiliki seorang penuntun yang dapat senantiasa menuntunku shalat di Masjid, lalu iapun meminta keringanan agar diizinkan shalat di rumahnya. Rasulullahpun mengizinkannya. Akan tetapi tatkala ia berpaling, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggilnya kembali dan bertanya kepadanya: Apkah engkau mendengar seruan untuk shalat (azan)? Sahabat itupun menjawab: Ya, Rasulullah kembali bersabda kepadanya: Bila demikian, maka penuhilah panggilan itu.” Riwayat Ahmad, An Nasai dan lainnya.
Anda dapat bayangkan kehidupan di kota Madinah zaman dahulu: Gelap gulita, jalan berdebu tidak beraspal, penuh dengan duri atau kerikil tajam, dan tidak jarang serigala, ular berbisa, kalajengking berkeliaran di sekitar mereka. Walau demikian, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberikan keringanan bagi sahabat tuna netra tersebut untuk mendirikan shalat fardhu di rumahnya.
Coba anda bertanya kepada iman yang berdiam diri dalam istana sanubari anda: Mengapa semangatmu tidak kunjung berkobar untuk menghantarkanku memenuhi panggilan Allah yang dikumandangkan oleh para muazzin?
Saudaraku! Bukankah Tuhan yang anda ibadahi dalam sholat tarawih adalah Tuhan Yang Anda Ibadahi dalam shalat fardhu? Mengapa anda berbeda sikap pada keduanya? Bukankah Tuhan Yang anda ibadahi di bulan Ramadhan adalah Tuhan Yang anda ibadahi di bulan-bulan lainnya? Mengapa anda bersikap ganda kepada-Nya?
Atau mungkinkah ketika di bulan ramadhan anda terbebas dari belenggu setan, sehingga anda merasa ringan untuk memenuhi seruan Allah yang dikumandangkan oleh para muazzin? Sedangkan di selain Ramadhan, belenggu setan begitu kuat melilit anda, sehingga anda tak berdaya melawannya? Saudaraku, anda ingin terbebas dari belenggu setan tersebut? Inilah caranya:
(يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ على قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إذا هو نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ، فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فذكر اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ صلى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ) متفق عليه
“Setan senantiasa mengikatkan pada tengkuk salah seorang darimu bila ia tidur sebanyak tiga ikatan. Ia memukul setiap ikatan (agar menjadi kuat) sambil berkata: “malam masih panjang, maka tidurlah”. Bila ia terjaga, kemudian ia menyebut nama Allah, terurailah satu ikatan, bila ia berwudlu, terurailah satu ikatan lainnya, dan bila ia mendirikan sholat, terurailah ikatan ketiga, sehingga iapun pada pagi itu dalam keadaan bersemangat dan berjiwa baik. Bila ia tidak (melakukan ketiga hal itu), maka pada hari itu ia akan berjiwa buruk dan malas.” Muttafaqun ‘alaih.
Mungkinkah ini yang tejadi pada diri anda saudaraku? Bila demikian, maka inilah resep pengobatannya. Selamat mencoba resep Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, semoga anda menjadi para pemakmur masjid-masjid Allah Ta’ala.
]إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللّهِ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاَةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللّهَ فَعَسَى أُوْلَـئِكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ الْمُهْتَدِينَ[ التوبة 18
“Yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” At Taubah 18
Semoga anda termasuk orang-orang yang dimaksudkan dalam ayat di atas. Amiin. Dan semoga shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Wallahu a’alam bisshawab.
Oleh Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, M. A
Sumber: pesantrenalirsyad.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar