Minggu, 15 April 2012

DALIL BOLEHNYA MENGHAJIKAN ORANG LAIN

Dari Ibnu Abbas ra., bahwa seorang wanita Khats’am pernah minta petuah kepada Rasulullah saw pada saat haji wada’, sedangkan Al-Fadhl bin Abbas
mendampingi Rasulullah saw, lalu ia bertanya :
يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ فَرِيضَةَ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ أَدْرَكَتْ أَبِي شَيْخًا كَبِيرًا، لاَ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَسْتَوِيَ عَلَى الرَّاحِلَةِ، فَهَلْ يَقْضِي أَنْ أَحُجَّ عَنْهُ؟ قَالَ: «نَعَمْ» (صحيح البخاري 5/ 176)
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah mewajibkan hamba-nya untuk pergi haji, namun ayahku seorang tua yang lemah yang tidak mampu duduk di atas kendaraannya, bolehkah aku pergi haji untuknya?” Rasulullah saw menjawab,”Ya !” (Shahih Bukhari, 5 : 176)
Dari Ibnu Abbas ra., lagi :
أَنَّ امْرَأَةً مِنْ جُهَيْنَةَ جَاءَتْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ إِنَّ أُمِّي نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ فَلَمْ تَحُجَّ حَتَّى مَاتَتْ أَفَأَحُجُّ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ حُجِّي عَنْهَا أَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيْنٌ أَكُنْتِ قَاضِيَةً اقْضُوا اللَّهَ فَاللَّهُ أَحَقُّ بِالْوَفَاءِ (صحيح البخاري 3/ 18)
Bahwa seorang perempuan dari Juhainah menghadap Nabi saw, lalu bertanya, “Sesungguhnya ibuku telah bernadzar untuk berhaji, lalu la meninggal dunia sebelum ia melaksanakan haji, apakah saya harus menghajikannya?” Nabi saw menjawab, “Ya, hajikanlah untuknya, bagaimana pendapatmu seandainya ibumu memiliki tanggungan hutang, apakah kamu akan melunasinya?” Lalu Rasulullah saw bersabda,”Tunaikanlah hutang (janji) kepada Allah, karena sesungguhnya hutang kepada Allah lebih berhak untuk dipenuhi.” (Shahih Bukhari, 3 : 18)

Hadits lain dari Ibnu Abbas :
أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم رَجُلٌ فَقَالَ إِنَّ أَبِى مَاتَ وَعَلَيْهِ حَجَّةُ الإِسْلاَمِ فَأَحُجُّ عَنْهُ قَالَ : أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ أَبَاكَ تَرَكَ دَيْناً عَلَيْهِ أَقَضَيْتَهُ عَنْهُ ” قَالَ نَعَمْ . قَالَ : فَاحْجُجْ عَنْ أَبِيكَ. (سنن الدارقطني مشكولا 3/ 59)
“Pernah seorang laki-laki menghadap Rasulullah saw, lalu ia bertanya, “Sesungguhnya ayahku meninggal dan berkewajiban menunaikan haji, bolehkan aku menghajikannya?” Rasulullah saw  menjawab, “Bagaimana pendapatmu jika ayahmu meninggalkan hutang, apakah kamu akan melunasinya?” Jawabnya, “Ya”. Rasulullah saw menjawab lagi, “Hajikanlah ia.” (Sunan Daru Quthni, 3 : 59)

Dalam redaksi yang lain dari Ibnu Abbas :
حَدَّثَنِي حُصَيْنُ بن عَوْفٍ أَنَّهُ سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ : إِنَّ أَبِي شَيْخٌ كَبِيرٌ وَعَلَيْهِ حَجَّةُ الإِسْلامِ ، وَلا يَسْتَطِيعُ أَنْ يُسَافَرَ إِلا مَعْرُوضًا أَفَأَحُجُّ عَنْهُ ؟ قَالَ : فَصَمَتَ ، ثُمَّ قَالَ : ” حُجَّ عَنْ أَبِيكَ “. (معجم الطبراني مشكولا 4/ 7)
“Hushain bin ‘Auf menginformasikan kepadaku bahwa ia pernah bertanya kepada Nabi saw, “Sesungguhnya ayahku sudah tua renta dan berkewajiban menunaikan haji, tetapi ia tidak sanggup lagi bepergian, apakah aku boleh menghajikannya ?” Katanya,  Nabi saw terdiam.” Lalu Nabi saw menjawab, “Hajikanlah ia.” (Mu’jam Thabrani, 4 : 7)

Dalam redaksi yang lain lagi dari Ibnu Abbas :
أتى رجل النبي صلى الله عليه و سلم فقال له إن أختي نذرت أن تحج وإنها ماتت فقال النبي صلى الله عليه و سلم (لو كان عليها دين أكنت قاضيه) . قال نعم قال (فاقض الله فهو أحق بالقضاء) (صحيح البخاري 6/ 2464)
“Seorang laki-laki pernah menghadap Nabi saw, lalu bertanya kepa beliau, “Sesungguhnya saudara perempuanku pernah bernadzar untuk menunaikan haji, tetapi belum sempat menunaikannya telah meninggal.” Nabi saw menjawab, “jika saudaramu itu meninggalkan hutang, apakah kamu akan melunasinya?” Jawabnya, “Ya.” Jawab Nabi saw selanjutnya, “Tunaikanlah hutang (janji) kepada Allah, karena sesungguhnya hutang kepada Allah lebih berhak untuk dipenuhi.” (Shahih Bukhari, 6 : 2464)

Dari Ibnu Abbas juga :
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلًا يَقُولُ: لَبَّيْكَ عَنْ شُبْرُمَةَ، قَالَ: «مَنْ شُبْرُمَةُ؟» قَالَ: أَخٌ لِي – أَوْ قَرِيبٌ لِي – قَالَ: «حَجَجْتَ عَنْ نَفْسِكَ؟» قَالَ: لَا، قَالَ: «حُجَّ عَنْ نَفْسِكَ ثُمَّ حُجَّ عَنْ شُبْرُمَةَ» (سنن أبي داود 2/ 162)
“Sesungguhnya Nabi saw pernah mendengar seorang laki-laki bertalbiah ‘Labbaika ‘an Syubrumah’. Nabi saw bertanya, “Siapa Syubrumah itu ?” Jawabnya, “Saudara laki-lakiku –atau kerabatku-“. Jawab Nabi saw, “Hajilah untuk dirimu sendiri !” Jawabnya lagi, “Tidak.” Nabi menegaskan, “Haji untuk dirimu sendiri lebih dahulu, barulah (tahun berikutnya) haji untuk Syubrumah.” (Sunan Abu Daud, 2 : 162)

حُجَّ، عَنْ أَبِيكَ، وَاعْتَمِرْ(سنن النسائي 5/ 117)
“Hajikanlah untuk ayahmu, umrahkanlah juga !” (Sunan Nasa’i, 5 : 117)
حُجَّ عَنْ أَبِيكَ (مسند أحمد 45/ 407)
“Hajikanlah untuk ayahmu !” (Musnad Ahmad, 45 : 407)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar